Jokowi Mengikuti Jejak Saudara Tua

- Kamis, 03 Agustus 2023 | 16:01 WIB
Jokowi Mengikuti Jejak Saudara Tua

Oleh: Syafril Sjofyan*


MASIH ingat? Pernah diberitakan bahwa awal menjadi Presiden di periode pertama pemerintahannya, Jokowi berkunjung ke China merasa “terpukau” dengan kereta cepat yang dinaikinya bersama Xi Jinping.


Sepulang dari pertemuan dengan XI Jinping. Kontrak Kerjasama Kereta Cepat Indonesia-China (KCIC) Jakarta-Bandung langsung disetujui. Ketika itu terbetik berita Menhub Jonan “merasa tidak nyaman”. Sebagai seorang profesional perkeretaapian, Jonan bisa jadi “tahu” bisnis plan “suram” KCIC akan menjadi beban di kemudian hari.


Terbukti memang kemudian menjadi beban APBN biayanya membengkak berlipat. Menurut ekonom Faisal Basri, kembali modal bisa puluhan tahun bahkan ratusan.


Sebelumnya Jokowi tegas menyatakan kerjasama Kereta Cepat Jakarta-Bandung “Bisnis to Bisnis”, tidak akan membebani. Secara sepihak Jokowi memutuskan mengambil dari APBN. DPR tinggal manut.

 

Sementara di negara tirai bambu, RRC. Ada rencana ambisius Presiden Xi Jinping untuk menciptakan ibukota kedua China di Xiong'an dari Beijing. Serangkaian langkah dilakukan menunjukkan keseriusan Xi Jinping terhadap proyek ibukota baru Xiong'an.


Pertama kali ia usulkan pada 2014, disetujui Politbiro semacam DPR, cuma partainya tunggal PKC (Partai Komunis China) pada 2015 lalu, dan diresmikan 2017.


Beberapa analis menyatakan bahwa keputusan Presiden Xi Jinping untuk menciptakan ibukota kedua ini mencerminkan ambisinya untuk meninggalkan jejak sejarah di negaranya, seperti kaisar-kaisar lama Tiongkok, karena mereka menyoroti gaya kepemimpinan megalomania Xi yang mendalam.


Rupanya ambisi “Saudara Tua” atau “Kakak Tua” demikian Jokowi menyapa Presiden Xi Jinping, pada helat G 20 di Bali, “disimak” betul oleh “sang adik” untuk legasi sejarah yang akan ditinggalkan.


Berpacu dengan waktu perencanaan segera “dipaksakan” untuk berdirinya Ibukota Baru. Toh UU-nya gampang. DPR akan mengaminkan.


Ingat koalisi partai gendut sudah dibagi kue kedudukan mentereng, sebagian tersandera oleh ulah mereka. Lahirlah UU IKN serba cepat. Jangan tanya kelayakan. Ahli-ahli geologi maupun pertahanan "sengaja" tidak diikutkan dalam dengar pendapat.


Bedanya kalau China membangun Kereta Cepat setelah kekuatan ekonomi mereka melesat dengan pertumbuhan dua digit, hampir menyamai kekuatan ekonomi USA. Indonesia justru membangun kereta cepat dan IKN dalam ekonomi sedang terpuruk dan terperangkap utang besar.


Begitu juga ibukota baru China dibiayai dengan kekuatan sendiri. Tidak harus mengemis. Tidak juga menggadaikan kedaulatan dengan mengundang penduduk asing. Xi Jinping memilih Xiong'an yang hanya berjarak 62 mil dari ibukota Beijing.


Halaman:

Komentar