GELORA.ME - Pakar hukum tata negara Denny Indrayana melakukan demonstrasi bersama beberapa rekannya di Federation Square, Melbourne, Australia, Selasa (4/7), bertepatan dengan kunjungan Presiden Jokowi ke Sydney. Salah satu tuntutan Denny, Presiden jangan cawe-cawe di Pilpres 2024.
"Kita bawa poster (spanduk) agak besar kita buat tulisannya 'Jokowi Don't Cawe-cawe and Stop Dynasty'.. Cawe-cawe Presiden Jokowi berbahaya. Bukan hanya untuk Pilpres 2024? Melanggar konstitusi, melanggar etika politik, itu harus kita suarakan dan sikapi kritis," kata Denny yang memakai kaus berwajah aktivis HAM Munir itu, ditayangkan di akun Facebook pribadinya.
Denny yang sekarang menetap di Melbourne ini berorasi seorang diri. Sementara dua orang rekannya memegang spanduk.
"Seharusnya Presiden Jokowi cawe-cawe di hal yang seharusnya dia lakukan. Mendorong percepatan RUU Perampasan Aset, beliau mengatakan ada di DPR. Presiden bisa dengan mudah mengakselerasi prosesnya agar cepat selesai," ujar bacaleg dari Partai Demokrat ini.
"Sementara cawe-cawe dalam UU KPK yang sayangnya melumpuhkan KPK. Presiden cawe cawe dalam membuat UU IKN, Jokowi cawe cawe dalam UU Minerba yang menguntungkan para penambang, oligarki tambang, nikel, batu bara," sambung eks Wamenkum ini.
Denny menambahkan, Presiden Jokowi cawe-cawe dalam menerbitkan UU Ciptaker. Menurutnya, seharusnya Presiden bisa cawe-cawe dalam RUU Perampasan Aset.
RUU ini, lanjut dia, sangat dibutuhkan dalam sistem aturan, untuk pemberantasan korupsi. Namun, kata Denny, Presiden tidak melakukan itu.
"Atau Presiden bisa cawe-cawe menghentikan Moeldoko Gate, KSP Moeldoko sedang membegal, sedang mencopet {artai Demokrat. Melanggar prinsip organisasi, melanggar kebebasan berekspresi dan berserikat. Jokowi sangat punya otoritas untuk menghentikan KSP Moeldoko untuk berhenti mencopet membegal Partai Demokrat," Denny.
 
                         
                                 
                                             
                                             
                                             
                                                 
                                                 
                                                 
                                                 
                                                 
                                                
Artikel Terkait
Shell dan TotalEnergies Catat Penurunan Laba, Ini Penyebab dan Proyeksi Harga Minyak
Hujan Es Tangerang 2025: Penyebab, Dampak, dan Penjelasan BMKG
Bestari Barus Buka Suara Dukung Soeharto Jadi Pahlawan Nasional: Ini Alasan Kontroversialnya
Kota Wisata Ecovia Cibubur: Hunian Hijau Harga 1,8 M oleh Sinar Mas Land