Budi Arie Setiadi Pilih Gerindra, Pengamat Sebut Jokowi Tak Lagi Menarik
Keputusan Budi Arie Setiadi untuk memilih Partai Gerindra ketimbang Partai Solidaritas Indonesia (PSI) menarik perhatian pengamat politik. Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO), Dedi Kurnia Syah, menilai hal ini menunjukkan bahwa sosok Presiden Joko Widodo (Jokowi) tidak lagi dianggap menarik bagi Budi Arie.
Menurut Dedi, daya tarik Jokowi yang menurun dan lemahnya posisi politik PSI menjadi faktor utama. "Jokowi sendiri tidak lagi menarik karena bukan penguasa, posisi Gibran juga tidak berpengaruh. Ini yang membuat PSI tidak cukup menarik bagi politisi pragmatis seperti Budi Arie. Loyalitasnya bukan faktor Jokowi, melainkan soal untung rugi," jelas Dedi.
Alasan Pragmatis di Balik Pilihan ke Gerindra
Dedi Kurnia Syah menilai keputusan Budi Arie merapat ke Gerindra adalah langkah pragmatis, bukan ideologis. Loyalitas Budi Arie dinilai sudah bukan lagi pada sosok Jokowi, melainkan pada kalkulasi untuk menjaga karier politiknya.
Faktor lain yang diungkap Dedi adalah kebutuhan akan perlindungan hukum dan politik. "Dengan bergabung ke PSI, Budi Arie tidak miliki perlindungan. Tetapi Gerindra tentu berbeda karena partai penguasa. Alasan memilih Gerindra lebih pada soal suaka hukum," tegas Dedi.
Dedi juga membeberkan bahwa sejumlah kasus hukum yang membayangi Budi Arie membuatnya membutuhkan perlindungan politik yang kuat, yang saat ini hanya bisa diberikan oleh partai penguasa seperti Gerindra.
Artikel Terkait
Kasus Korupsi Kemnaker Rp201 Miliar: Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Jadi Tersangka
KPK OTT di Banten: 5 Orang Ditangkap, Termasuk Oknum Jaksa Diduga Terlibat Pemerasan
KPK Ungkap Aliran Dana Non-Bujeter BJB ke Ridwan Kamil: Fakta & Perkembangan Kasus
Adimas Resbob Ditahan, Ancaman Hukuman 10 Tahun Penjara untuk Ujaran Kebencian Suku Sunda