Adhie mencontohkan peristiwa pemilu di Amerika Serikat saat pencalonan Barack Obama. Media AS bahkan menelusuri sekolah Obama di Indonesia untuk memvalidasi dokumen.
"Mekanisme demokrasi memang seperti itu. Bahkan kesehatan pun harus dibuka. Karena orang yang mau dipilih pejabat publik itu harus sehat jasmani dan rohani," terang Adhie.
Adhie selanjutnya mengibaratkan ketika seseorang melamar pekerjaan, perusahaan harus mengecek data-data calon pekerjanya.
"Yang harus diingat, (pemilu itu) user-nya rakyat. Kalau di perusahaan kan dites psikologis dan segala macam, nah hasilnya kemudian diserahkan kepada user perusahaan untuk menentukan layak apa enggak," tutur Adhie.
Oleh sebab itu, Adhie tak habis pikir dengan latar belakang alasan KPU menutup akses dokumen capres-cawapres pada pemilu mendatang.
"Keputusan ini membuktikan anggota KPU betul-betul bodoh dan buta demokrasi. Kalau sudah bodoh dan buta demokrasi, ya tidak layak jadi KPU," pungkasnya
Sumber: RMOL
Artikel Terkait
Roy Suryo Kritik Gibran: Acara Mancing di Hari Sumpah Pemuda Dinilai Tak Pantas
MKD DPR Tolak Pengunduran Diri Rahayu Saraswati, Dituding Cari Muka ke Prabowo
KPK Diminta Usut Tuntas Kasus Whoosh, Libatkan Mantan Pejakat
Rismon Sianipar Klaim Prabowo Tahu Soal Ijazah Gibran: Fakta dan Perkembangan Terbaru