"Jadi Pak Rocky mungkin sedikit belajar ekonomi lagi Pak," imbuh Purbaya seraya tertawa.
"Gue seneng bisa ngeledek dia di sini," ujarnya lagi sembari tertawa.
Purbaya Menghadap Jokowi
Meski ada perubahan ke arah positif, Purbaya menyebutkan resesi yang terjadi sejak Agustus 2023 itu katanya terus bergulir sepanjang tahun 2024 hingga Februari 2025.
"Kemaren sampai April 2024 sudah membaik, makanya saya bilang, 'Ekonomi bagus, gak usah takut'. Tapi abis itu dibunuh ke sini (Agustus 2024), sampai ke sini (Februari 2025). Jadi sudah dibunuh lagi ekonominya," bebernya.
"Ketika ekonomi memburuk, banyak pemecatan-pemecatan pegawai kan pasti, rakyat hidupnya makin susah dan kita gak peduli. Waktu itu ya Gak terlalu peduli Turunlah ke jalan masyarakat kita," bebernya.
"Itu expected (yang diharapkan) saya," ujarnya.
"Kalau ekonom seperti saya melihatnya itu, ini jebakan ekonomi. Tinggal tunggu jatohnya kalau gak cepet-cepet diperbaiki," jelasnya.
Melihat neraca ekonomi yang terus anjlok, dirinya mencoba mengambil sikap.
Namun, karena masih menjabat sebagai Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), dirinya tidak bisa berbuat banyak.
Apalagi diakuinya, ketika bulan Februari 2025, Purbaya mengaku belum dikenal dekat oleh Prabowo Subianto, Presiden RI terpilih.
Dengan perasaan gusar, dirinya kemudian menghadap Jokowi di Solo, Jawa Tengah.
"Waktu itu awal tahun tidak ada yang memberitahu, Saya mau kasih tau takut, Saya di LPS gak boleh ngomong begini-begini, Kalau saya sekarang di keuangan bolehlah. Karena kalau LPS tunggu di belakang Gak bisa masuk ke depan," ujarnya.
"Bulan Februari tahun ini, waktu itu Pak Jokowi masih sehat, saya ke tempatnya Pak Jokowi, 'Pak Jokowi Ini ekonomi mau hancur bentar lagi, bantu gak Pak?'," beber Purbaya menirukan kalimatnya kepada Jokowi.
"Saya juga takut, saya gak punya temen, Pak Jokowi udah pensiun kan, Pak Prabowo saya belum kenal waktu itu. 'Pak Jokowi Bantu gak?'," ujarnya menirukan lagi.
Jokowi yang mengetahui kabar ekonomi terpuruk, memerintahkan kepadanya untuk segera membantu.
Mendapatkan 'restu', Purbaya pun bergerilya menyebarkan informasi soal ekonomi bangsa yang di ujung kehancuran.
"Dia bilang, 'Bantu!'. Lalu saya berani ke sana-sini, coba memberikan informasi bahwa ada masalah di perekonomian," tambahnya.
"Tapi ini jatuhnya begini (Februari 2025), kita gak usah takut. Ini di bawah Kendali kita 100 persen. Jadi saya bilang, selalu saya bilang Kita gak usah takut global dan lain-lain, Kita cukup kuat, domestiknya gede, ergantung kebijakan kita sendiri. Jadi saya selalu bilang 'Nasib kita di tangan kita sendiri'," tutupnya.
Penempatan Dana di Perbankan
Diberitakan sebelumnya, pemerintah mengguyur dana untuk didepositokan ke perbankan Rp 200 triliun.
Purbaya mengatakan, kebijakan ini dilakukan untuk meningkatkan likuiditas perbankan agar kredit dapat tumbuh dan mendorong pertumbuhan ekonomi.
"Jadi saya pastikan dana yang Rp 200 triliun masuk ke sistem perbankan hari ini dan mungkin banknya habis itu bingung berpikir nyalurin ke mana. Pasti pelan-pelan akan dikredit sehingga ekonominya bisa bergerak," ujar Purbaya saat konferensi pers di Gedung Kemenko Perekonomian, Jakarta, Jumat pekan lalu.
Purbaya menjelaskan, dana pemerintah yang disalurkan ke perbankan ini bukan berasal dari Saldo Anggaran Lebih (SAL) dan Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SiLPA).
Dana pemerintah sebesar Rp 200 triliun ini disalurkan ke lima bank milik pemerintah, yaitu Bank Mandiri, Bank Negara Indonesia (BNI), Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Tabungan Negara (BTN), dan Bank Syariah Indonesia (BSI).
Dirut Perbankan Tepok Jidat
Dikutip dari Kompas.com, Purbaya mengungkapkan para direktur utama (Dirut) perbankan pusing usai menerima gelontoran dana pemerintah senilai Rp 200 triliun.
Hal ini disampaikan Purbaya saat menjawab kemungkinan pemerintah menambah deposito di perbankan, setelah mengalihkan dana Rp 200 triliun dari Bank Indonesia (BI) ke Bank Himbara.
"(Kalau menambah deposito di perbankan), nanti kita lihat kondisinya. Sekarang saja sudah pusing, lu minta nambah. Lu ngomong ke dirut bank deh, dia sudah pusing, 'aduh dikasih duit banyak nih, aduh'," kata Purbaya seraya menepuk telapak tangan ke kening, mempraktikkan para Dirut bank pusing, dalam konferensi pers di Kantor Presiden, Istana Kepresidenan Jakarta, Senin (15/9/2025).
Ia pun bercerita, bank-bank milik pemerintah mulanya enggan menerima dana sebanyak itu.
Bahkan, terdapat bank yang menyatakan hanya sanggup menampung deposito senilai Rp 7 triliun.
Namun, Purbaya menolaknya.
"Tahu tidak, waktu saya mau salurin Rp 200 triliun banknya bilang apa? 'Saya hanya sanggup menyerap Rp 7 triliun'. Saya bilang enak saja, kasih ke sana semua biar mereka mikir. Jadi bukan saya saja yang mikir, mereka yang mikir," jelas Purbaya.
Lebih lanjut Purbaya memastikan, deposito itu pun tidak akan ditarik pemerintah dalam enam bulan ke depan.
Pasalnya kata Purbaya, cadangan dana pemerintah yang disimpan di bank sentral biasanya jauh lebih besar sehingga tidak akan mengganggu kondisi keuangan negara/APBN.
"Kalau Rp 200 triliun saja (yang dialihkan ke Bank Himbara) tidak akan mengganggu kondisi saya. Dalam arti saya tidak harus terpaksa menarik dari perbankan dalam keadaan kepepet. Jadi harusnya itu jumlah yang cukup sustainable untuk di bank maupun untuk pembiayaan program pembangunan yang lain," tandas Purbaya.
Sumber: Wartakota
Artikel Terkait
Roy Suryo Kritik Gibran: Acara Mancing di Hari Sumpah Pemuda Dinilai Tak Pantas
MKD DPR Tolak Pengunduran Diri Rahayu Saraswati, Dituding Cari Muka ke Prabowo
KPK Diminta Usut Tuntas Kasus Whoosh, Libatkan Mantan Pejakat
Rismon Sianipar Klaim Prabowo Tahu Soal Ijazah Gibran: Fakta dan Perkembangan Terbaru