Bukan Prabowo, Purbaya Akui Menghadap Jokowi saat Hadapi Resesi Februari 2025

- Selasa, 16 September 2025 | 17:20 WIB
Bukan Prabowo, Purbaya Akui Menghadap Jokowi saat Hadapi Resesi Februari 2025




GELORA.ME  - Jauh sebelum ditunjuk sebagai Menteri Keuangan (Menkeu) Republik Indonesia, Purbaya Yudhi Sadewa buka-bukaan soal kondisi ekonomi Indonesia.


Termasuk, resesi ekonomi yang terjadi pada bulan Februari 2025 lalu.


Ketika itu, dirinya yang masih menjabat sebagai Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) ikut pusing melihat semakin kendornya grafik likuiditas nasional.


Tak bisa berbuat banyak, Purbaya yang masih berada di barisan belakang pejuang ekonomi tidak bisa berbuat banyak.



Sementara, ekonomi yang terus memburuk membuatnya khawatir.


Suaranya tak bisa didengar, dirinya pun memutuskan bertemu dengan mantan Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo (Jokowi) di Solo, Jawa Tengah.


Dirinya pun mendapatkan informasi mengejutan usai bertemu dengan Jokowi ketika itu.


Kisah pertemuannya dengan Jokowi itu disampaikan Purbaya Ketika menghadiri Great Lecture, Transformasi Ekonomi Nasional: Pertumbuhan Inklusif Menuju 8 persen yang digelar di Menara Bidakara, Pancoran, Jakarta Selatan pada Kamis (11/9/2025).


Dalam kesempatan itu, dirinya memaparkan data perkembangan ekonomi nasional dari era Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono hingga Presiden RI, Jokowi.



Purbaya mengungkapkan, perkembangan ekonomi bangsa selama dua dekade terakhir merupakan pelajaran yang sangat berharga dalam pengelolaan ekonomi bangsa ke depannya.



Dalam paparannya bertajuk 'Peningkatan likuiditas yang masuk ke dalam perekonomian yang mendorong pertumbuhan ekonomi nasional' itu, Purbaya menyebutkan sejumlah periode ekonomi Indonesia terperuk hingga titik terendah.


Satu di antaranya adalah bulan Februari-Maret 2020, tepat ketika dunia dilanda Covid-19.




Ketika itu, pertumbuhan ekonomi Indonesia minus hingga 15 persen.


Diketahui, Ketika itu, pemerintahan Jokowi melalui Menkeu Sri Mulyani merancang 3 strategi Utama.


Antara lain, penguatan neraca perdagangan melalui peningkatan ekspor dan pengurangan impor.


Kemudian penguatan permintaan domestik dengan meningkatkan konsumsi masyarakat.


Terakhir, transformasi struktural melalui hilirisasi industri, pembangunan infrastruktur, serta transformasi sektor pertanian dan jasa. 


Langkah-langkah ini didukung oleh kebijakan fiskal dan moneter, seperti subsidi bunga kredit, penempatan dana di perbankan, program Kartu Prakerja, serta dukungan terhadap UMKM dan investasi. 


Penempatan dana di perbankan saat itu mirip seperti kebijakannya baru-baru ini, yakni mengalihkan dana Rp 200 triliun dari Bank Indonesia (BI) kepada Perbankan.


"Di sini posisi uang saat itu, di bulan Februari-Maret (2020) ya, ini minus 15 persen, hampir kita hancur. Kita paksa naikin (penempatan dana di perbankan). Ini gak ada BI kan ya? Gak ada ya? Maaf kalau ini?" ungkapnya disambut tawa. 


"Kita paksa dari istana (kebijakan Menkeu) supaya uang masuk ke sana (perbankan), Ini masih gak cukup. Di sini kita paksa fiskal gelontorin uang seperti yang saya lakukan kemarin," bebernya.


"Hari ini efektif, Gelontorkan uang, 'Uang kamu jangan taruh di bank sentral, Taruh di sistem ekonomi'. Akibatnya ekonomi Pertumbuhannya seperti ini, kredit tumbuh lagi, Kita recover," ujarnya menunjuk kenaikan tajam selama periode Agustus 2021-Agustus 2023.


Kritik Rocky Gerung


Dalam kesempatan bersamaan, Purbaya menganulir pernyataan Pengamat Politik, Filsuf sekaligus Akademisi, Rocky Gerung.


Pernyataan mengenai Jokowi yang tak berbuat apa-apa ketika Indonesia berkali-kali dihantam resesi.


"Saya mau ngeritik Pak Rocky Gurung sedikit, Dia suka ngelebekin Jokowi gak ngapa-ngapain. Ini Pak, kalau di sana kan (politik) dia berkuasa, di sini (ekonomi) saya berkuasa," ujarnya di sambut tawa.


"Jadi ini dipaksa intervensi langsung oleh Presiden sampai ke sana," ujarnya menujuk grafik peningkatan likuiditas yang naik signifikan dari periode Agustus 2021-Agustus 2023.


"Jadi Presiden Jokowi itu berjasa buat kita, walaupun di sampingnya ada saya sih," bangga Purbaya disambut kembali tepuk tangan dan tawa.


Meski kebijakan penempatan dana di perbankan berbuah baik, Jokowi melalui Sri Mulyani katanya menarik kebijakan kembali.


Imbasnya, ekonomi Indonesia kembali merosot tajam hingga mengalami fluktuasi hingga defisit selama periode Agustus 2023-Agustus 2024.


"Tapi setelah itu, gak lama setelah itu, diturunkan lagi (penempatan dana di perbankan)seperti ini," ungkapnya menujuk penurunan grafik.


"Ini yang anda rasakan tahun 2003-2004, pertengahan sampai akhir itu ekonomi susah lagi. Keluarlah (tagar) Indonesia Suram dan lain-lain. Bukan dari politik, tapi dari ekonomi yang dibunuh penyebab utamanya," bebernya. 


Merujuk data yang terhimpun, dirinya meminta Rocky Gerung Kembali belajar tentang ekonomi lagi.


Halaman:

Komentar