GELORA.ME - Analis politik sekaligus Direktur Riset Trust Indonesia Ahmad Fadhli menekankan, mantan Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta Profesor Sofian Effendi selama ini punya banyak legacy dan portofolio di bidang riset maupun di bidang lainnya sesuai keilmuannya.
Hal itu disampaikan Fadhli menanggapi pernyataan Sofian Effendi yang menyebut Presiden ke-7 RI Joko Widodo tidak pernah lulus sebagai sarjana dari UGM karena nilainya tidak cukup, sehingga tidak punya ijazah sarjana Kehutanan UGM.
Namun diketahui Sofian Effendi kemudian mendadak menarik pernyataannya tersebut soal dugaan ijazah palsu Jokowi.
"Nah kalau kita melihat apa yang disampaikan oleh Sofian Effendi itu, saya kira seorang guru besar dan rektor yang profesor itu harusnya dia berbicara secara independen. Jadi apa yang di awal disampaikan di saluran YouTubu oleh Sofian Effendi saya kira itu adalah pernyataan yang sangat alamiah dan cukup independen," kata Fadhli di Jakarta, Jumat (18/7/2025).
"Namun kenapa pernyataan itu ditarik kembali? Saya kira ini merupakan bentuk intimidasi bagi kalangan akademisi yang menimbulkan ketakutan, dan saya pikir apa yang disampaikan oleh Profesor Sofian Effendi itu harus ditelusuri kebenarannya, harus diusut dan dilawan ketakutannya," sambung dia.
Sebab, tegas Fadhli, apa yang disampaikan oleh Sofian Effendi sebagai seorang profesor sudah dipikirkan terlebih dahulu, namun kenapa tiba-tiba ucapannya di kanal YouTube tersebut dan juga diberitakan oleh media online tiba-tiba ditarik.
"Saya pikir mungkin saja sudah ada intimidasi dari pihak yang merasa Pak Jokowi disudutkan dengan pernyataan tersebut dan saya pikir sebuah kebohongan harus diungkap karena kebohongan jika ditutupi maka akan menimbulkan kebohongan-kebohongan lainnya," ujar Fadhli, menekankan.
Menurut dia, tidak ada salahnya kalau Jokowi mengakui memang hanya lulusan sarjana muda atau diploma 3 dan bukan lulusan S1 atau sarjana.
"Saya kira itu bukan sesuatu yang salah karena aturan di undang-undang seorang untuk menjadi presiden itu harus lulusan SMA. Jadi kalau Pak Jokowi misalnya dia hanya sarjana muda tapi dia lulusan SMA tapi tidak ada masalah," tutur Fadhli.
Dengan begitu, kata Fadhli, maka sebaiknya Jokowi segera menunjukkan saja ijazah aslinya karena kalau berbohong tidak hanya menimbulkan kebohongan lainnya tapi juga menimbulkan intimidasi kepada pihak-pihak lainnya.
"Kenapa? karena kita bisa melihat bahwa ternyata hari ini Pak Jokowi itu masih berkuasa masih punya relasi kuasa terhadap UGM, kampus yang notabene Harusnya menjadi kampus yang independen kalangan akademisi," ujar Fadhli.
Lebih lanjut dia kembali menegaskan bahwa arti independen itu tidak mudah diintervensi oleh pihak manapun termasuk oleh pemerintah.
"Walaupun memang di negara kita yang menjadi persoalan utama adalah dana kampus itu masih diambil dari negara," jelasnya.
Ia mencontohkan kalau di negara-negara lain seperti di kawasan Timur Tengah dan di negara-negara Eropa termasuk di Inggris kampus-kampusnya independen.
"Para dosen, akademisi itu berbicara sesuai dengan hati nurani sesuai dengan hasil riset atau pengalaman yang didapatkan dari sebuah proses pembelajaran," ungkapnya.
7 Pengakuan Prof Sofian Effendi Soal Ijazah Jokowi, Sekarang Tak Mau Ikut Campur
Berikut ini 7 faktanya menurut pengakuan Prof. Dr. Sofian Effendi :
1. Percakapan Virtual Dipahami sebagai Diskusi Alumni, Bukan untuk Publik
Prof. Sofian mengaku dirinya dihubungi oleh sejumlah alumni UGM, termasuk Rismon Sianipar, untuk mengikuti sebuah telekonferensi secara daring.
Ia mengira pertemuan itu hanya diskusi terbatas di kalangan internal alumni, membahas soal kebebasan akademik di kampus.
“Saya tidak tahu kalau itu direkam, apalagi dipublikasikan. Mereka cuma bilang mau ngobrol dengan alumni dari Aceh, Kalimantan, dan lainnya,” terang Sofian.
Ia juga mengaku heran karena video itu justru diunggah ke YouTube dengan judul mencolok, seolah-olah dirinya membongkar fakta soal ijazah Presiden Joko Widodo.
“Saya kira itu pembicaraan orang dalam, bukan untuk disebarluaskan.”
2. Tidak Tahu Video Dibingkai untuk Isu Ijazah Palsu Jokowi
Sofian menjelaskan, ia sama sekali tidak mengetahui bahwa pembicaraannya akan dipakai sebagai narasi untuk membenarkan dugaan ijazah palsu Presiden Jokowi.
Dalam pikirannya, topik itu tidak pernah secara eksplisit dibahas. Ia pun merasa terjebak oleh framing yang tidak ia pahami sebelumnya.
“Saya tidak sadar itu akan dipublikasikan,” katanya.
Akibat dari kesalahpahaman ini, ia merasa perlu untuk meluruskan keadaan dan menjelaskan duduk persoalan yang sebenarnya.
3. Klarifikasi: Tidak Pernah Mempertanyakan Keabsahan Ijazah Presiden Jokowi
Sofian menegaskan, ia tidak pernah menyatakan bahwa ijazah Presiden Jokowi palsu, apalagi mengomentari keabsahan dokumen akademik secara terbuka.
Menurutnya, UGM sudah mengeluarkan pernyataan resmi melalui Rektor saat ini, Prof. Dr. Ova Emilia, yang menyatakan bahwa ijazah tersebut asli dan terdokumentasi.
Sebagai akademisi, ia menghargai pernyataan resmi lembaga dan tidak punya kepentingan pribadi untuk membantah atau memperdebatkan hal itu.
“Saya percaya pada data resmi universitas. Tidak ada alasan untuk menyangsikan hal itu lagi.”
4. Tidak Ingin Dikonflikkan dengan Rektor UGM Sekarang
Dalam video tersebut, beberapa kalimatnya dianggap menyentil pimpinan UGM saat ini.
Namun Sofian menampik tudingan tersebut dan menyatakan bahwa dirinya tidak ingin dibenturkan dengan siapa pun, termasuk Prof. Ova Emilia selaku Rektor UGM saat ini.
Menurutnya, hubungan antara dirinya dengan civitas academica UGM baik-baik saja, dan ia sangat menghormati siapapun yang memimpin kampus kebanggaannya tersebut.
“Saya ini anggota keluarga besar UGM. Tidak baik kalau saya dibenturkan dengan Prof. Ova.”
Sebagai mantan rektor, ia merasa memiliki tanggung jawab moral untuk menjaga marwah universitas, bukan justru memperkeruh suasana.
5. Tak Ingin Berurusan dengan Polisi karena Usia Sudah 80 Tahun
Poin paling emosional dalam klarifikasi Sofian adalah soal alasan pribadinya tak ingin diperpanjang urusan ini ke jalur hukum.
Setelah video itu beredar, ia menerima informasi bahwa ada kelompok masyarakat yang ingin melaporkannya ke polisi, bahkan ke Bareskrim Polri.
Kabar itu ia ketahui dari mantan mahasiswanya yang mengirimkan tautan berita dari media online. Tekanan itu membuat dirinya dan keluarga merasa terganggu.
“Saya tidak mau harus berurusan dengan polisi soal ini. Apalagi saya sudah berusia 80 tahun. Keluarga saya juga terganggu.”
Ia berharap agar niat pelaporan tersebut tidak dilanjutkan dan publik bisa memahami bahwa tidak ada unsur kesengajaan dari dirinya.
6. Minta Video Ditarik demi Ketentraman Kampus dan Publik
Sofian menyatakan akan mengirimkan surat keberatan secara resmi kepada pihak yang menyebarkan video tersebut, termasuk kepada Rismon Sianipar dan rekan-rekan alumni yang terlibat.
Ia meminta agar video ditarik dari publikasi karena berpotensi menimbulkan keresahan di masyarakat dan kampus.
Menurutnya, menjaga ketenangan publik jauh lebih penting ketimbang memelihara kegaduhan dari informasi yang tidak utuh dan menyesatkan.
“Saya berharap video itu ditarik saja.”
7. Keluarkan Surat Pernyataan Sikap, Tegaskan Percaya pada Pernyataan Resmi UGM
Sebagai bentuk tanggung jawab dan klarifikasi resmi, Prof. Sofian Effendi juga mengeluarkan surat pernyataan sikap yang ditandatangani dengan tinta biru.
Dalam surat itu, ia menyatakan bahwa pernyataan Rektor UGM tertanggal 11 Oktober 2022 tentang ijazah Jokowi sudah tepat dan sesuai dengan dokumen resmi.
Isi surat itu menegaskan bahwa dirinya tidak membantah keabsahan ijazah, dan tidak ada tekanan dalam penyusunan surat pernyataan tersebut.
“Saya menyatakan, pernyataan Rektor UGM Prof. Dr. Ova Emilia memang sesuai dengan bukti-bukti yang tersedia di Universitas.”
Dengan surat ini, ia berharap tidak ada lagi spekulasi bahwa dirinya membela salah satu pihak dalam isu politik yang berkembang.
Sumber: Inilah
Artikel Terkait
NasDem: IKN Sebaiknya Jadi Ibu Kota Kaltim Saja
NasDem: IKN Sebaiknya Jadi Ibu Kota Kaltim Saja
NasDem: IKN Sebaiknya Jadi Ibu Kota Kaltim Saja
NasDem: IKN Sebaiknya Jadi Ibu Kota Kaltim Saja