Sebut Kondisi Gibran-Bobby Dalam Bahaya, Rocky Gerung Bedah Konspirasi Politik Jokowi!

- Kamis, 17 Juli 2025 | 23:15 WIB
Sebut Kondisi Gibran-Bobby Dalam Bahaya, Rocky Gerung Bedah Konspirasi Politik Jokowi!




GELORA.ME - Pengamat politik, Rocky Gerung menganggap jika mantan Presiden Jokowi sedang memainkan strategi playing victim setelah menebar tudingan ada agenda politik besar di balik isu ijazah palsu. 


Sebab, menurutnya, drama ijazah itu kini dikaitkan oleh Jokowi dengan sederet masalah yang kini mendera keluarganya, salah satunya upaya pemakzulan terhadap Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka.


"Pada saat yang sama Presiden Jokowi mengedarkan semacam tuduhan yang agak kontroversi bahwa ini adalah suatu desain politik dan di dalam tanda-tanya besar orang menganggap desain siapa tuh? Bukankah ini juga desain Jokowi sendiri supaya diperpanjang isu ini? Bukankah korban-korban dari skandal ijazah ini sudah berjatuhan?" beber Rocky dalam siniar terbarunya yang tayang di Youtube pada Kamis (17/7/2025).


Rocky juga tidak menampik jika kondisi keluarga Jokowi kini sedang berada di ujung tanduk. 


Sebab, selain isu pemakzulan Gibran, menantu Jokowi, Gubenur Sumatra Utara, Bobby Nasution kini sedeng terseret kasus dugaan korupsi proyek di Dinas PUPR Sumut yang kini sedang diusut oleh KPK.


Rocky Gerung menganggap Jokowi kini sedang berupaya menggaungkan adanya konspirasi politik di balik sederet masalah yang kini membelit keluarganya.


"Jadi sebetulnya keluarga Pak Jokowi ada di dalam kondisi yang boleh kita anggap sedikit berbahaya, tetapi sekaligus sinyal atau simbol yang dikirimkan (Jokowi) ini adalah konspirasi politik," ungkap Rocky.


Lebih lanjut, Rocky juga menganggap adanya tudingan ijazah palsu dari Roy Suryo dkk yang kini diperkarakan oleh Jokowi bukan semata-mata untuk mengusik pemerintahan saat ini.


"Padahal kita hitung sebetulnya ini kan individu-individu yang memang punya kelompok dan punya kepentingan itu jadi pressure group aja, bukan sesuatu yang punya desain politik untuk mendongkel kekuasaan atau pemerintahan Pak Prabowo hari ini," ujarnya.


Maka, menurut analisisnya, tudingan ada agenda politik besar yang digaungkan oleh Jokowi tidak mendasar.


"Jadi Pak Jokowi juga mengirim sinyal yang palsu bahwa seolah-olah ada desain politik ya," paparnya.


Rocky Gerung Kuliti 'Penyakit' Politik Jokowi: Takut Dilupakan Sejarah dan Manuver Abadikan Warisan


Pengamat politik Rocky Gerung kembali melancarkan analisis tajam yang menguliti psikologi politik Presiden Joko Widodo (Jokowi).


Dalam sebuah diskusi panas di podcast Akbar Faizal Uncensored, Rocky mendiagnosis adanya ketakutan mendalam yang menjadi motor penggerak manuver-manuver Jokowi, yakni hasrat untuk tidak dilupakan oleh sejarah.


Menurut Rocky, ketakutan ini bukan sekadar cemas akan menjadi catatan kaki dalam sejarah kepemimpinan Indonesia, melainkan sebuah kekhawatiran ganda yang lebih kompleks.


Ia menyebutnya sebagai pemicu utama di balik berbagai langkah politik yang diambil Jokowi menjelang akhir masa jabatannya dan sesudahnya.


"Dia (Jokowi) takut dilupakan sejarah, dia takut diingat kesalahannya," ujar Rocky Gerung secara lugas, menggarisbawahi dua sisi mata uang dari kecemasan sang presiden, seperti terekam dalam diskusi tersebut.


Pernyataan ini menjadi landasan argumen Rocky bahwa seluruh strategi politik Jokowi, terutama dalam beberapa waktu terakhir, berorientasi pada upaya mengamankan warisan (legacy) dan memastikan pengaruhnya tetap abadi.


Ini bukan lagi soal kebijakan publik, melainkan tentang bagaimana narasi tentang dirinya akan ditulis kelak.


Implikasi paling nyata dari ketakutan ini, lanjut Rocky, adalah upaya mobilisasi dukungan besar-besaran dan penempatan figur-figur kunci untuk menjaga legasinya.


Sosok yang paling disorot tentu saja adalah sang putra sulung, Gibran Rakabuming Raka, yang melenggang menjadi wakil presiden.


Bagi Rocky, ini adalah bukti konkret bahwa Jokowi belum benar-benar meninggalkan panggung kekuasaan.


"Jokowi tidak benar-benar pergi dari pemerintahan dan kehadirannya masih terasa melalui berbagai elemen, termasuk posisi anaknya," ungkap Rocky Gerung, menegaskan bahwa pengaruh Jokowi kini terlembagakan melalui struktur pemerintahan baru.


Untuk memperkuat argumennya tentang adanya pola yang konsisten, Rocky juga menyinggung kembali isu lama saat Jokowi masih menjabat sebagai Walikota Surakarta.


Ia mengklaim telah lama mendengar dugaan adanya "transaksi under table" terkait relokasi pedagang di Pasar Klewer.


Kritik terhadap kapasitas intelektual juga tak luput dilontarkan. 


Rocky menyoroti proses pembuatan buku kampanye "Nawacita" yang menurutnya tidak melibatkan diskusi mendalam dari Jokowi.


Hal ini, dalam pandangan Rocky, menunjukkan kurangnya kapasitas berargumen yang esensial bagi seorang pemimpin.


Lebih jauh, Rocky Gerung membawa kritiknya ke ranah hukum. 


Ia berpendapat, meski Jokowi mungkin tidak melanggar UUD 1945 secara langsung, langkah politik yang memuluskan jalan bagi Gibran dapat dianggap melanggar etika dan substansi hukum lainnya.


"Ia dinilai melanggar Undang-Undang Perlindungan Anak terkait pencalonan Gibran," tegasnya, menambahkan dimensi baru pada kontroversi pencalonan tersebut.


Sumber: Suara

Komentar