Tudingan Agenda Besar Jokowi: Langkah Catur Politik atau Panik Karena Ijazah Palsu?

- Rabu, 16 Juli 2025 | 14:25 WIB
Tudingan Agenda Besar Jokowi: Langkah Catur Politik atau Panik Karena Ijazah Palsu?




GELORA.ME - Pernyataan Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengenai adanya "agenda besar" untuk men-downgrade atau menurunkan reputasinya sontak menjadi sorotan tajam di panggung politik nasional.


Diucapkan di tengah panasnya isu tudingan ijazah palsu yang terus bergulir, momentum ini memicu spekulasi liar: apakah ini curahan hati seorang eks kepala negara yang lelah diserang, atau sebuah gebrakan politik cerdas untuk membalikkan keadaan?


Bagi sebagian kalangan, manuver ini adalah strategi klasik dalam politik yang bertujuan mengalihkan fokus publik.


Ketika sebuah isu konkret seperti keabsahan ijazah mulai mengancam citra, memunculkan musuh tak terlihat atau "agenda besar" yang misterius bisa menjadi cara ampuh untuk mengubah narasi.


Publik yang semula mempertanyakan bukti-bukti faktual, kini diajak untuk menebak-nebak siapa dalang di balik konspirasi tersebut.


Taktik ini, menurut sejumlah pengamat, mirip dengan cara-cara yang digunakan oleh rezim-rezim terdahulu.


Menciptakan sebuah ancaman abstrak seringkali efektif untuk meredupkan isu-isu krusial yang lebih substantif.


Pertanyaan publik pun bergeser, dari "apakah ijazah itu asli?" menjadi "siapa yang punya agenda besar ini?".


Dalam sebuah diskusi yang mengupas tuntas masalah ini, perdebatan mengenai tujuan di balik pernyataan Jokowi menjadi sangat menarik.


Salah satu pertanyaan kunci yang muncul adalah kemungkinan bahwa manuver ini sengaja dirancang agar publik melupakan isu ijazah.


Seperti yang dilontarkan dalam diskusi tersebut, "Tidak lagi fokus kepada ijazah palsu, tapi agenda besarnya yang dicari-cari publik nantinya".


Menanggapi hal ini, Wakil Ketua Umum Projo, Freddy Damanik , memberikan analisis yang mendalam.


Menurutnya, isu ijazah palsu tidak akan serta-merta hilang. Proses hukum yang sudah berjalan akan memastikan isu ini kembali mencuat di setiap tahapannya.


"Pasti ramai lagi ijazah palsu ini. Karena, proses sudah masuk penyidikan. Ketika nanti diumumin tersangka, ini akan naik lagi. Ketika persidangan, ini akan naik lagi," ujar dia dikutip Rabu (16/7/2025).


Namun, ia juga melihat adanya peluang yang dimainkan oleh pihak Jokowi.


Serangan negatif yang bertubi-tubi justru bisa dikelola menjadi keuntungan politik.


Dengan memposisikan diri sebagai pihak yang terzalimi oleh sebuah agenda besar, simpati publik berpotensi diraih.


Narasi negatif diubah menjadi narasi positif untuk mendongkrak kembali popularitas.


"Isu yang tadinya negatif menyerang ini, untuk Pak Jokowi akan menjadi positif. Sehingga popularitasnya, elektabilitasnya semakin meningkat, kemudian kesukaan masyarakat kepada Pak Jokowi terus meningkat juga, kembali meningkat. Itulah yang mau dimainkan Pak Jokowi dalam hal ini. Dan itu sah-sah saja, gitu lho," tambahnya.


Analisis ini sejalan dengan pandangan bahwa setiap serangan dalam politik dapat menjadi pedang bermata dua.


Bagi seorang politisi ulung, serangan yang datang bukan hanya untuk ditangkis, tetapi juga untuk dimanfaatkan sebagai momentum untuk membangun kembali citra dan dukungan.


Jokowi, dengan pengalamannya selama satu dekade lebih di panggung politik nasional, dinilai sangat memahami dinamika ini.


Pernyataannya soal "agenda besar" bisa jadi adalah sebuah langkah catur yang telah diperhitungkan dengan matang, sebuah upaya untuk tidak hanya bertahan dari serangan, tetapi juga keluar sebagai pemenang dalam pertarungan persepsi publik.



Sumber: Suara

Komentar