GELORA.ME - Politikus PDIP Darmadi Durianto mengaku dirinya melihat ada dua pola pendekatan kepada masyarakat yang dilakukan para capres di masa kampanye Pilpres ini.
Pertama, menurutnya, ada model pendekatan yang mirip dengan kultur keraton atau kerajaan.
Ia menjelaskan, ciri kultur ini yaitu sang kandidat memposisikan dirinya bak raja dan menjadikan masyarakat pemilih sebagai objek belaka (opsi dialog seminimal mungkin dihindari).
Kedua, ada model pendekatan yang memang menjadikan masyarakat sebagai subjek yang setara dengannya.
Kedua model pendekatan ini masih diadopsi karena perbedaan latar belakang dari para kandidat capres itu sendiri.
"Jika melihat dua model pendekatan ini. Saya kira capres kami relevan dengan model pendekatan kedua. Pak Ganjar selalu memposisikan dirinya maupun masyarakat sebagai subjek yang sama (tidak ada gap).
Dalam berbagai kesempatan publik bisa melihat bagaimana pak Ganjar selalu menghadirkan ruang dialog dengan kalangan apapun, baik bawah maupun atas," ucap Bendahara Megawati Institute itu kepada wartawan, Kamis (7/12/2023).
Darmadi menambahkan, sikap Ganjar Pranowo yang sangat akomodatif kepada siapapun tak terlepas dari latar belakang yang melekat pada dirinya.
"Meski akomodatif, pak Ganjar tidak menjadikan masyarakat sebagai objek elektoral semata. Maksudnya, masyarakat cukup diberikan susu, makan siang gratis, tapi ruang partisipatif kemungkinan akan dilumpuhkan nantinya," kata Anggota Komisi VI DPR itu.
Tak hanya itu, kata dia, perbedaan cukup kontras lainnya yaitu capres PDIP tidak memiliki dukungan dari instrumen negara untuk menyokong kepentingan elektoral.
Artikel Terkait
Popularitas Purbaya Yudhi Sadewa Anjlok? Ini Peringatan Keras Pengamat Politik
KPK Wajib Periksa Jokowi dan Luhut Terkait Korupsi Whoosh? Ini Kata Pengamat
Prabowo Diminta Tak Lindungi Jokowi & Luhut: Analisis Dampak dan Konsekuensi Politik
Analisis Peluang Kemenangan Prabowo di Pilpres 2029: Nyaris Tanpa Lawan Tanding?