"Opsinya Erick Thohir dengan cawapres Golkar, entah Airlangga atau RK [Ridwan Kamil], maupun mereka setuju dengan Erick atau wacana yang lain adalah Gibran jika MK mengabulkan batas usia turun menjadi 35 tahun," imbuhnya.
Implikasi itu juga berpotensi dirasakan pada poros koalisi Ganjar Pranowo di PDIP. Menurutnya justru koalisi pada poros Ganjar ini yang lebih kompleks.
Jika Cak Imin bergabung dengan NasDem, kata Arya, yang terjadi justru pada satu sisi kemudian membuka peluang Sandiaga Uno untuk mempunyai daya tawar lebih untuk dipasangkan dengan Ganjar. Namun PPP di sisi lain tentu juga akan membaca peluang lain.
Bukan lagi sebagai cawapres tapi sebagai capres dengan merangkul AHY ataupun PKS untuk berkoalisi bersama. Sebab PPP harus menggandeng dua parpol jika ingin mengusung capres.
"Jadi implikasinya bagi poros PDIP bukan hanya mensimplifikasi opsi atau pilihan-pilihan cawapres tapi bisa terjadi kocok ulang koalisi di poros-poros yang lain. Jika nanti ini [Anies-Cak Imin] secara ofisial dideklarasikan," terangnya.
Kendati demikian, masih ada kemungkinan bahwa duet itu tidak terwujud. Mengingat, menurut Arya, sosok Cak Imin pun belum tentu dapat menutupi kekurangan Anies di Jateng maupun Jatim.
"Jadi dinamikannya masih fragile. Masih belum stabil, belum tentu poros itu tercipta dan kalapun tercipta belum tentu akan berakhir dengan komposisi yang sekarang muncul," kata dia.
Sumber: suara
Artikel Terkait
Gerindra Siap Tampung Gelombang Besar Kader Projo, Dasco: Kita Siap!
Projo Ganti Logo: Tak Pakai Wajah Jokowi Lagi, Ini Alasannya
Usulan Double Track Megawati vs Kereta Cepat Whoosh: Polemik Utang dan Prioritas
Kasus Ijazah Jokowi: Polda Metro Segera Gelar Perkara, Tersangka Akan Ditetapkan