GELORA.ME - Tindak tanduk Ketua Barikade 98, Benny Rhamdani mengupayakan penangkapan pengamat politik Rocky Gerung (RG), dinilai sebagai cara mengharapkan imbalan dari Presiden Joko Widodo.
Pengamat politik Citra Institute, Efriza mengamati, upaya Benny tersebut terlihat dari pelaporan RG ke Bareskrim Polri, dan bahkan merencanakan aksi unjuk rasa 10 ribu massa dengan tuntutan "Tangkap Rocky Gerung".
"Ini pola patron-klien yang dibangun tentu saja ada pamrih. Mereka berharap akan dapat hadiah," ujar Efriza kepada Kantor Berita Politik RMOL, Sabtu (5/8).
Dosen ilmu pemerintahan Unpam Serang itu menilai, rezim saat ini telah membudayakan bagi-bagi kekuasaan dalam pengelolaan kekuasaan.
"Bagi-bagi jabatan kepada individu maupun kelompok yang loyal terhadap dirinya seperti sebagai menteri, wakil menteri, dubes, maupun komisaris," tuturnya.
Maka dari itu, Efriza menganggap keterlibatan relawan dalam polemik pernyataan Rocky yang mengkritik Jokowi menggunakan kata-kata "bajingan yang tolol", merupakan gambaran pemerintah saat ini.
"Ini adalah pola berpolitik ala patron-klien. Mereka selalu menjaga bosnya, tak peduli bahwa mereka juga akhirnya yang menciptakan wajah demokrasi di Indonesia tidak benar-benar bebas," demikian Efriza.
Sumber: rmol
Artikel Terkait
Yusril: Perjanjian Helsinki Tak Dapat Jadi Rujukan untuk Tentukan Kepemilikan 4 Pulau Sengketa Aceh-Sumut
Tuai Polemik, Ketua PBNU Tuding Aktivis Penolak Tambang Wahabisme dan Ekstremis
VIRAL Kades di Cirebon Saweran di Klub Malam: Rumah Saya Banyak, Mobil Tiga!
Ketua PBNU Gus Ulil Samakan Penolakan Tambang dengan Wahabisme: Aktivis Lingkungan Terlalu Ekstrem?