Cawe-cawe Jokowi Siapa Marah, Siapa Membela?

- Sabtu, 03 Juni 2023 | 10:35 WIB
Cawe-cawe Jokowi Siapa Marah, Siapa Membela?


Tuduhan penjegalan Capres tertentu, hingga pembegalan Partai Demokrat yang dituding Denny Indrayana, bekas anak buah SBY pun dianggap sebagai "cawe-cawe Jokowi".


Berdasarkan dinamika politik tersebut, Kongres Rakyat Nasional (Kornas) sebagai wadah berhimpun dan berjuang rakyat dalam mewujudkan tujuan dan cita-cita bangsa Indonesia menyampaikan pandangan dan sikap.


Pertama, bahwa Presiden Jokowi dan keluarganya berhasil menarik semua mata elite politik tertuju pada mereka. Aktivitas biasa dari Jokowi dan keluarganya pun selalu dikaitkan dengan urusan politik, sehingga menjadi pusat perhatian dan pembicaraan elite politik.


Kedua, bahwa kualitas elit politik Indonesia saat ini berada pada titik terendah dalam sejarah. Sehingga pembicaraan politik hanya berputar dan berpusat pada Presiden Jokowi dan keluarganya. Elite politik tidak pernah membahas ide, gagasan, dan program yang ditawarkan pasca  periode kepemimpinan Jokowi.


Ketiga, bahwa semua elite politik Indonesia saat ini sangat tergantung pada Presiden Jokowi. Sehingga mereka sibuk berupaya mendapat "endorse" dari Jokowi. Capres yang sering diajak Jokowi selalu sumringah, sedang Capres lainnya berupaya agar bisa sekadar minum kopi bersama anaknya.


Keempat, bahwa Capres saat ini juga hanya terbagi dua kelompok, yakni simetris atau asimetris dengan Jokowi. Sehingga isu yang dijadikan "tagline" pun tetap berkaitan dengan Jokowi. Kelompok pertama isunya tentang keberlanjutan, sedang kelompok kedua isunya perubahan.


Kelima, bahwa Jokowi sebagai kader dan "petugas partai PDIP" tentu sah terlibat atau cawe-cawe dalam Pemilu 2024. Bahkan menyatakan dukungan secara terbuka pun dapat dilakukan.


Hal yang sama juga seharusnya dapat dilakukan oleh SBY, kader dan petugas partai Demokrat, saat jadi Presiden RI. Akan tetapi Presiden Jokowi tidak dibenarkan menggunakan seluruh kekuasaan, alat perlengakapan dan kelengkapan serta fasilitas negara untuk berpihak kepada Capres yang didukungnya.


Keenam, bahwa elite politik diminta untuk segera berbenah, berubah agar tidak terus menerus ketergantungan terhadap Jokowi. Iklim politik Indonesia saat ini jenuh, stagnan akibat elite politik tidak memiliki tawaran apa pun.


Publik hanya disuguhi "infotainment politik" yang hanya membahas aktor, sutradara, dan alur cerita. Sementara ide, gagasan, dan program politik sengaja tidak dibahas karena mungkin tidak tersedia.


Ketujuh, bahwa sebagai rekan juang politik Jokowi sejak 2014, dan memutuskan berjuang bersama Ganjar Pranowo sejak 2022. Kornas telah dan sedang, dan akan terus menggali, mencari informasi masalah dan kebutuhan rakyat. Untuk dijadikan bahan evaluasi terhadap program Jokowi. Sekaligus menjadi bahan masukan memperkaya dan melengkapi ide, gagasan, dan program politik Ganjar Pranowo.


Bagi Kornas, sebagaimana Pilpres 2014 dan 2019 bukan tentang Jokowi, tetapi tentang kita; rakyat Indonesia. Sehingga tagline Jokowi 2014: "Jokowi Adalah Kita".


Maka Pilpres 2024 nanti juga bukan tentang Ganjar Pranowo, tetapi tentang kita, tentang rakyat Indonesia. 

 

*(Presidium Kongres Rakyat Nasional (Kornas)

Halaman:

Komentar