Seekor Sapi Dibakar dalam Latihan Ritual Sapi Merah di Utara Israel, Al-Aqsa Makin Terancam?

- Selasa, 22 Juli 2025 | 08:30 WIB
Seekor Sapi Dibakar dalam Latihan Ritual Sapi Merah di Utara Israel, Al-Aqsa Makin Terancam?


GELORA.ME -
Tepat pukul 06.00 sore pada 1 Juli 2025, satu sapi berwarna cokelat kemerahan dibakar di satu lokasi terpencil di perbukitan utara Israel. Dibakarnya sapi itu sebagai bagian dari latihan ritual sapi merah yang disponsori oleh seorang pebisnis asal Texas, AS, Byron Stinson.

Sebagai seorang Kristen Evangelis, Stinson memiliki keyakinan yang sama seperti kalangan Yahudi Ortodoks dan Messianik yang percaya bahwa, ritual sapi merah digambarkan dalam bab Kitab Angka-Angka, bisa mertas jalan dibangunnya kembali Kuil Ketiga di Yerusalem. Sebuah kuil baru nantinya akan menggantikan kuil yang dulu pernah dihancurkan oleh Bangsa Romawi pada abad kesatu Masehi.

Merujuk pada bab Angka 19, ritual sakral, di mana sapi merah akan disembelih dan dibakar, harus bertempat di Gunung Olive, Yerusalem dengan latar pemandangan lokasi tempat Kuil Sulaiman pernah berdiri. Menjadi problematik pada era modern saat ini adalah, di lokasi itulah kini berdiri kompleks Masjid Al-Aqsa, termasuk Kubah Batu (Dome of the Rock) yang ikonik.

Kepada Religion News, Stinson menggambarkan detail latihan ritual sapi merah lewat foto-foto dan video dokumentasi miliknya. Dalam video tampak kobaran api di sebuah perbukitan terpencil di mana satu ekor sapi yang telah mati terronggok hangus dilalap api. 

Seorang rabi Yahudi memimpin latihan ritual itu. Adapun, sapi merah yang menjadi persembahan didatangkan dari Shiloh, sebuah wilayah di Tepi Barat, di mana di sana dikandangkan beberapa sapi merah pilihan yang diimpor dari AS.

Latihan ritual itu telah direncanakan selama bertahun-tahun. Stinson, yang memiliki sebuah rumah di Israel dan tinggal di sana selama beberapa bulan setiap tahunnya, mendanai penelitian untuk menemukan sapi merah yang sesuai dengan syarat-syarat yang disebutkan dalam naskah kitab suci. Persyaratan itu termasuk sang sapi sama sekali tidak boleh memiliki cacat, termasuk corak warna lain di tubuhnya.

Lewat bukunya “Perburuan Sapi Merah”, yang terbit pada 2004, Stinson memerinci bahwa, pencariannya termasuk memasang iklan di majalah-majalah peternakan, merangkul para peternak, dan menawarkan 50 ribu dolar AS sebagai imbalan. Upaya pencariannya itu kemudian berbuah hasil pada ditemukannya 21 sapi di Texas, yang terdiri dari dua sapi jenis Santa Gertrudis dan 19 sapi Angus Merah

Pada 2021, lima sapi hasil seleksi ketat dari 21 sapi tadi kemudian diterbangkan ke Israel. Stinson, yang keluarganya memiliki perusahaan logistik, membantu pendanaan dalam proses seleksi lima sapi merah, menyewa sebuah pesawat, dan menyokong pembiayaan pengiriman sapi-sapi itu dari Texas ke Tel Aviv.

Ketibaan lima sapi merah di Israel, kemudian diduga sebagai salah satu pemicu serangan 7 Oktober 2023 oleh Hamas. Seperti pernah dilaporkan CBS News, petinggi Hamas menuding motif didatangkannya lima sapi merah itu sebagai rangkaian dari upaya Israel menghancurkan kompleks Masjid Al-Aqsa guna membangun kembali Kuil Sulaiman.

Stinson menerangkan, saat nanti ritual sapi merah benar-benar digelar, abu dari hasil pembakaran sapi merah akan dicampur dengan air. Air campuran abu sapi merah itu diyakini akan menjadi alat penyucian dosa-dosa rakyat Israel.

"Hanya butuh sejumput abu pembakaran sapi merah dicampur dengan 10 ribu galon air, dan anda bisa menjalankannya (ritual)," kata Stinson.

Panitia mengakui, praktik ritual sapi merah bisa berujung masalah dalam konteks geoplotik regional. Namun, Stinson meyakini, pada akhirnya ritual itu akan memiliki efek yang kuat terhadap kebaikan pada masa depan.

"Ini adalah tentang pemurnian fisik yang akan membawa kehidupan yang lebih lama, memulihkan kembali tubuh kita kepada Tuhan," ujar Stinson.

Stinson menegaskan, persiapan dari ritual resmi sapi merah masih disiapkan. Dia pun berjanji akan menyediakan informasi yang lebih baik pada masa depan guna mencegah kebingungan publik.

Pada Maret 2024, puluhan warga dan Rabi Israel pernah berkumpul dalam sebuah konferensi di Shilo, sebuah daerah pemukiman ilegal Israel di dekat Kota Nablus, Palestina. Mereka berkumpul mendiskusikan ritual kurban sapi merah.

"Ini menjadi momentum baru bagi sejarah Yahudi," ujar Chaim, warga Israel berusia 38 tahun yang ikut berpartisipasi dalam konferensi di Shilo, kepada Middle East Eye.

Sementara, seorang Rabi bernama Yitzchak Mamo, sebelumnya mengatakan, kepada Christian Broadcasting Network, bahwa ritual pengorbanan sapi merah sebenarnya direncanakan saat perayaan Paskah pada akhir April 2024. Namun, kedatangan sapi merah dari Texas dan rencana pelaksanaan ritual itu lalu diketahui Hamas yang menaruh kekhawatiran akan tanda-tanda direbutnya Masjid Al-Aqsa oleh Israel.

“Yang hanya tinggal mereka (kalangan Yahudi) lakukan adalah menyembelih sapi merah yang diimpor dari AS. Jika mereka jadi melakukan itu, itu adalah sinyal dibangunnya kembali Kuil Ketiga," ujar sebuah sumber di kalangan pejabat Otoritas Palestina yang biasa berkomunikasi dengan Hamas kepada Middle East Eye.

Pada Januari 2024, juru bicara saya militer Hamas, Abu Obaida, membuat pidato yang menandai 100 hari serangan 7 Oktober. Dalam pidatonya, ia menarik hubungan langsung antara keputusan Hamas menyerang Israel dan aktivitas importasi sapi merah demi kepentingan pembangunan Kuil Ketiga.

"(Aktivitas itu) menyerang perasaan bangsa Palestina," kata Obaida.

Menurut Boruch Fishman, salah satu anggota garakan Kuil Ketiga, masih akan ada jeda yang panjang antara ritual pengorbanan sapi merah dan pembangunan Kuil Ketiga. Dia mengidentifikasi 13 masalah yang perlu dipecahkan sebelum pembangunan dimulai, termasuk legalisasi rencana pembangunan dari parlemen Israel, Knesset.

“Satu masalah utama adalah Waqf," kata Fishman, merujuk kepada sebuah badan pengelola Al-Aqsa yang selama ini mendapatkan uang operasional dari Kerajaan Yordania.

"Saya pikir mereka (Waqf) tidak akan menyerahkan (Al-Aqsa) begitu saja," kata Fishman, menambahkan.

Menurut Fishman, langkah kecil harus diambil Israel untuk bisa mengamankan hak kehadiran umat Yahudi di Bukit Bait Suci. Ide berbagi tempat di kompleks Al-Aqsa pun diwacanakan.

"Yang kami butuhkan hanyalah altar kecil," kata Fishman.

Merespons Fishman, juru bicara Waqf, Firas al-Debs bergeming. "Biarkan mereka bicara apa saja yang mereka inginkan di konferensi itu. Waqf dalam berbagai pernyataan selalu menekankan, kompleks Masjid Al-Aqsa hanya untuk umat Muslim dan tidak menerima kerja sama atau pembagian wilayah (dengan Yahudi)," tegas Firas.

 Sumber: republika

Komentar