'Rungkad Entek-Entekan': Analogi Hidup Jokowi di Ujung Kekuasaan
Oleh: Damai Hari Lubis
Pengamat KUHP (Kebijakan Umum Hukum dan Politik)
Apakah nasib Jokowi kelak akan sejalan dengan lagu kesukaannya, Rungkad?
Lagu yang dikenal lewat penggalan lirik “entek-entekan” ini menyiratkan kehancuran total—baik secara fisik, moral, maupun simbolik.
Dalam bahasa Sunda, rungkad bermakna kehancuran atau keterpurukan.
Dipadukan dengan frasa entek-entekan—yang berarti “habis-habisan” atau “tanpa sisa”—ungkapan ini membentuk gambaran tentang seseorang atau keadaan yang benar-benar terpuruk hingga ke titik nadir.
Analogi ini terasa relevan jika dikaitkan dengan posisi Jokowi saat ini, yang telah kehilangan status sebagai orang nomor satu di negeri ini.
Secara pribadi, ia bahkan merasa terganggu oleh tuduhan penggunaan ijazah palsu hingga harus melapor ke polisi, sebuah langkah yang tidak lazim bagi seorang mantan presiden.
Lebih jauh, beredar rumor soal kondisi kesehatannya yang disebut “aneh”, seperti munculnya flek hitam dan gangguan kulit di wajah dan leher—penyakit yang jarang terlihat pada sosok publik sekelas dirinya.
Apakah ini pertanda bahwa Jokowi tengah menuju “rungkad entek-entekan”?
Tak hanya secara individu, namun juga sebagai satu paket bersama keluarga: istri, anak-anak, hingga menantu.
Pertanyaannya, adakah korelasi hukum yang memungkinkan seluruh paket keluarga Jokowi mengalami nasib serupa?
Secara ilmiah dan hukum, potensi itu bisa dikaji dari data empirik.
Meski Jokowi memiliki sisi positif sebagai manusia, tetapi kecenderungannya untuk mengingkari janji politik telah menjadi catatan serius.
Tahun 2021, sekelompok aktivis bahkan menggugat Jokowi atas 66 kebohongan.
Maka, tak berlebihan bila saat ini, di tahun 2025, jumlah kebohongan itu bisa mencapai lebih dari 100.
Kondisi makin pelik saat sejumlah kasus dugaan KKN menyeret anggota keluarganya.
Ketiga anak Jokowi—Gibran, Kaesang, dan Kahiyang—serta menantunya Bobby Nasution, tercatat dalam berbagai laporan publik dan bahkan arsip KPK.
Dugaan penggunaan ijazah palsu oleh Jokowi dan Gibran pun memperkeruh situasi.
Awalnya Gibran digadang berpendidikan S2, lalu menjadi S1, dan akhirnya dinyatakan hanya setara D1 oleh KPU.
Tak kalah kontroversial, akun X (Twitter) bernama Fufu yang diduga kuat milik Gibran, menyebarkan konten tak bermoral.
Iriana pun tak luput dari sorotan publik terkait klaim gelar SE, MM, dan status Hajjah yang diragukan keabsahannya.
Dengan semua tuduhan ini, wajar jika publik mempertanyakan: apakah keluarga besar Jokowi akan mengalami rungkad entek-entekan secara bersama-sama?
Apakah semua ini akan tercatat sebagai lembaran hitam dalam sejarah politik Indonesia?
Jika kekuasaan yang diraih berasal dari “benih tak halal”, maka bukan tidak mungkin akhirnya akan runtuh dengan cara yang menyakitkan.
Akumulasi kebohongan dan dugaan pelanggaran hukum dapat menjadi benih kehancuran, bukan hanya secara politis, tetapi juga secara hukum dan moral.
Maka, analogi lagu Rungkad menjadi sangat relevan: tentang tokoh yang jatuh, bukan karena nasib semata, tetapi karena bangunan kekuasaan yang didirikan di atas kebohongan dan kepalsuan.
Kepastian akan masa depan Jokowi? Wallahu a’lam. Karena kebenaran dan keadilan sejati, hanya milik Tuhan. ***
Artikel Terkait
Yordania Tembak Jatuh Drone-Drone dan Rudal Iran yang Menuju Israel
Pengalaman Perang Gubernur Aceh Mualem Saat Jadi Panglima GAM, Ikut Pelatihan Tempur di Libya
Sederet Eks GAM Perjuangkan 4 Pulau Aceh, Mantan Komandan Bom Wanti-Wanti Tito Soal Konflik Sumut
JK: 4 Pulau yang Diklaim Sumut adalah Milik Aceh, Berdasarkan UU Era Soekarno dan Perjanjian Helsinki