Mengejutkan! Eksperimen Magic Mushroom ke Sejumlah Pemuka Agama di Dunia, Begini Efeknya

- Minggu, 01 Juni 2025 | 13:40 WIB
Mengejutkan! Eksperimen Magic Mushroom ke Sejumlah Pemuka Agama di Dunia, Begini Efeknya




GELORA.ME - Sejumlah pemuka agama dari beberapa kepercayaan, Kristen, Buddha, hingga Islam, diminta mengonsumsi magic mushroom atau jamur ajaib yang memabukkan untuk menakar tingkat religiusitas mereka.


Media Amerika Serikat, the New Yorker mengabarkan para peneliti dari Johns Hopkins dan N.Y.U melakukan penelitian pada 2015 untuk mengetahui tingkat religiusitas seorang pemuka agama apabila memakan psilocybin.


Psilocybin adalah senyawa halusinogen yang ditemukan pada jamur tertentu, yang sering disebut sebagai jamur ajaib.


Penelitian itu dilakukan oleh sejumlah ilmuwan termasuk Roland Griffiths dan William Richards, sarjana Hopkins yang telah berkontribusi pada apa yang disebut kebangkitan penelitian psikedelik.


Dalam laporan yang sama, para peneliti melakukan eksperimen tingkat keimanan bersama sejumlah pemuka agama mulai dari pastor Katolik, ahli Alkitab Baptis, beberapa rabi, seorang ustazah Islam, hingga seorang roshi Buddha Zen.


Secara ilmiah, penelitian ini memiliki banyak keterbatasan, yang juga diakui oleh penulisnya. 


Keterbatasan itu di antaranya terkait sampel yang sedikit, bersifat sukarelawan, tidak melibatkan semua agama, serta tidak ada kontrol plasebo.


Efek ekspektasi juga menjadi salah satu faktor yang diyakini berdampak pada penelitian psikedelik semacam ini. 


Para subjek penelitian sebelumnya telah ditanya soal "pengalaman spiritual sakral" mereka selama ini, yang sangat mungkin akan mengarahkan mereka untuk menjawab sesuai pertanyaan tersebut.


Hasil penelitian ini sendiri adalah 79 persen subjek mengaku bahwa memakan jamur ajaib semakin memperkaya doa/ibadah mereka, semakin meningkatkan efektivitas panggilan hidup mereka, serta semakin meninggikan rasa kesakralan mereka dalam kehidupan sehari-hari.


Sementara itu, 96 persen mengaku memakan jamur ajaib merupakan satu dari lima pengalaman spiritual paling signifikan dalam hidup mereka.


Bertemu Tuhan


Nyaris semua pemuka agama mengaku telah bertemu Tuhan berkat eksperimen jamur ajaib ini.


Salah seorang pemuka agama Kristen, Hunt Priest, mengaku melihat sebuah visual yang indah, yang tampak bagai pola fraktal pada mosaik tempat ibadah. 


Ia kemudian merasa ada arus listrik yang berputar di paha kirinya.


Arus listrik itu, kata dia, bergerak naik hingga bersarang di tenggorokannya.


"Saya pikir jakun saya akan meledak," kata Priest.


Arus listrik itu kemudian menjalar ke atas kepalanya dan meledak tepat setelahnya. 


Tak lama selepas itu, ia mulai membuat "suara-suara yang terasa religius dan spiritual serta sakral."


"Saya menyadari bahwa saya bicara dalam bahasa roh, yang belum pernah saya lakukan sebelumnya. Bicara dalam bahasa roh bukanlah hal Episkopal," ucapnya.


Sama seperti Priest, seorang pastor Katolik dari Meksiko juga mengaku mendengar langsung suara Yesus. 


Namun, seorang pendeta Protestan justru berkata tak mengalami sesuatu hal Kristiani yang spesial dari eksperimen ini.


Roshi Buddha sementara itu tak mampu menjelaskan pengalamannya dengan kata-kata. Ia merasa apa yang dia alami adalah hal yang benar-benar "nonkonseptual."


'Merasakan' Tuhan


Senada dengan Roshi Buddha, seorang rabi juga mengaku bahwa sang Ilahi tidak berwujud maupun terlihat.


"Saya menyadari bahwa denyut nadi saya adalah Tuhan, napas saya adalah Tuhan," ucap rabi tersebut.


Beberapa pemuka agama juga mengaku bahwa Tuhan yang mereka rasakan kehadirannya datang dalam bentuk maskulin. 


Namun, banyak pula yang justru merasa Tuhan hadir dalam bentuk feminin.


Beberapa subjek menggambarkan Tuhan sebagai suatu yang "menenangkan", "keibuan", dan "seperti rahim."


Satu-satunya orang Islam yang ikut dalam eksperimen ini, Sughra Ahmed, mendefinisikan Tuhan sebagai sesuatu yang tidak maskulin maupun feminin.


"Tuhan berada jauh melampaui batasan jenis kelamin, di atas segalanya... Ia bukanlah sosok," ucap ustazah di Inggris tersebut.


Ahmed sendiri mengikuti dua kali sesi pada eksperimen ini. Di sesi pertama, ia merasa bahwa Tuhan tepat di belakangnya, yang bisa ia tabrak jika ia berbalik.


Pada sesi kedua, ia menyadari bahwa "rahim adalah pusat dari segalanya."


"Betapa luar biasa mulia bahwa perempuan memiliki ini secara eksklusif dan bukan orang lain. Jadi mengapa tidak ada budaya yang menghormati dan mengagumi perempuan?" ucapnya.


Bias Hasil


Menurut psikiater di University of New Mexico yang melakukan penelitian psikedelik di awal tahun sembilan puluhan, Rick Strassman, hasil penelitian ini berpotensi bias karena mereka yang menjadi sukarelawan cenderung "lapar secara spiritual akan pengalaman mistis."


Strassman berujar para subjek bisa jadi menyampaikan pengalaman sakral sesuai apa yang memang mereka inginkan alih-alih fakta nyata, dikutip dari the New Yorker.


Sumber: CNN

Komentar