GELORA.ME - Pakar Digital Forensik, Rismon Hasiholan Sianipar, kembali menyuarakan keraguannya terhadap gelar akademik Insinyur (Ir) yang disandang oleh mantan Presiden Jokowi.
Rismon mempertanyakan keabsahan gelar tersebut berdasarkan data akademik yang ditampilkan dalam tayangan beberapa media belakangan ini.
Dalam unggahannya, dokumen akademik dari Universitas Gadjah Mada (UGM) hanya menunjukkan bahwa Jokowi mengikuti Program Sarjana Muda di Fakultas Kehutanan UGM pada tahun akademik 1981/1982.
"Jokowi Mengikuti Program Sarjana Muda di Fakultas Kehutanan UGM. Lalu, darimana ia mendapatkan gelar Ir?” kata Rismon di X @SianiparRismon (29/5/2025).
Ia menegaskan bahwa gelar "Ir" umumnya diberikan kepada lulusan sarjana teknik (engineering) dan bukan kepada peserta program Sarjana Muda Kehutanan.
“Apakah program Sarjana Muda di UGM bergelar Ir Kehutanan?,” tambahnya.
👇👇
JOKOWI Mengikuti Program Sarjana Muda di Fakultas Kehutanan UGM. Lalu, darimana ia mendapatkan gelar Ir?
— Rismon Hasiholan Sianipar (@SianiparRismon) May 29, 2025
Apakah program Sarjana Muda di UGM bergelar Ir KEHUTANAN? pic.twitter.com/jIPvAV8GK5
Jumlah kredit wajib: 88 SKS, Jumlah kredit pilihan 34 SKS. Total kredit 122 SKS. Kok bisa jadi sarjana kehutanan? Saat ini saja, total kredit sarjana UGM saja 144 SKS. Apakah Jokowi hanya SARJANA MUDA sesuai dengan form yang diisinya? pic.twitter.com/86s2MBkAgk
— Rismon Hasiholan Sianipar (@SianiparRismon) May 29, 2025
Curigai Bareskrim, Rismon Sebut Skripsi Jokowi Pakai Font Times New Roman: Tak Sesuai Zamannya!
Ahli digital forensik, Rismon Hasiholan Sianipar masih meragukan hasil uji laboratorium forensik Bareskrim Polri yang menyatakan ijazah Presiden ke-7 RI, Jokowi asli.
Rismon merupakan salah satu tokoh yang dipolisikan imbas menuding jika ijazah Jokowi palsu.
Rismon merasa janggal dengan jawaban Bareskrim Polri soal ijazah Jokowi.
Pasalnya saat itu pihak Bareskrim mengatakan jika lembar pengesahan identik keasliannya.
Namun, Rismon menganggap jika lembar pengesahan ijazah milik Jokowi terindikasi palsu.
Sebab, teknik pengetikan yang dilakukan antara tahun pembuatan dengan teknologi yang digunakan tidak berimbang.
“Bahwa lembar pengesahan skripsi Pak Joko Widodo yang ada di Perpustakaan UGM itu memiliki teknologi yang tidak sesuai dengan zamannya,” kata Rismon, dalam siniar yang diunggah akun Youtube Indonesia Lawyers Club yang dikutip pada Kamis (29/5/2025).
“Karena tahun 1985 ya hampir semua mahasiswa menggunakan mesin ketik manual. Pattern atau pola dari hasil ketikan manual itu tentu sangat jauh dengan produk dari software atau hardware secara digital,” imbuhnya.
Rismon sangat menyakini, jika lembar pengesahan skripsi milik Jokowi diketik dengan menggunakan font 'Times New Roman.'
Menurutnya, era digital font tersebut baru didistribusikan oleh Windows pada 1992.
Menurutnya, itu pun setelah lisensinya dibeli oleh Windows dan Adobe. Lalu, dilakukan pengembangan dengan menggunakan teknologi font bernama PostScript tipe 1.
Selain itu, Rismon juga merasa pesimistis jika skripsi Jokowi dibuat pada 1992.
Sebab, kerapatan huruf dan komposisi tata letak huruf, hal itu bisa dilakukan oleh word processor, Microsoft Word dengan Windows XP.
“Windows Experience itu 2004-2005, dengan kerapatan seperti ini,” jelasnya.
Rismon menilai, apa yang dilakukan oleh pihak Bareskrim dalam menguji keaslian ijazah Jokowi tidak ilmiah.
Lantaran hanya dengan meraba, terus berasakan, terus ada cekungan, lalu disimpulkan menjadi produk dari handpress atau letterpres.
“Bagaimana menjawab titik-titik ini kalau handpress itu menjadi garis, karena bahannya tinta cair, begitu ditekan beleber semua, jadi titik-titik itu menjadi garis," ujarnya.
"Nah, subjektivitas dari perasaan cekungan bahwa itu adalah produk handpress sendiri, itu dengan gampang disanggah. Karena secara digital, cekungan itu juga bisa dihasilkan bukan karena tekanan, tetapi karena produk dari digital, namanya digital embossing,” imbuhnya.
👇👇
[FULL VIDEO]
Sebelumnya, Dokter Tifauzia Tyassuma atau yang akrab disapa Dokter Tifa, salah satu dari orang yang terus menyuarakan kritik.
Tifa mengungkap sedikitnya tiga poin yang menurutnya menunjukkan kejanggalan dalam penyampaian Bareskrim terkait keaslian ijazah Jokowi.
“Kalau Anda jeli, Bareskrim hanya menampilkan foto fotokopi, bukan ijazah asli. Padahal, sekian hari mereka menyimpan dokumen aslinya,” ujar Tifa di X @DokterTifa (26/5/2025).
Dikatakan Tifa, penyajian fotokopi dalam konteks klarifikasi keaslian dokumen menimbulkan pertanyaan, apalagi jika ijazah asli memang tersedia.
Poin kedua yang disoroti adalah ketiadaan penjelasan apakah foto-foto yang ditampilkan telah melewati proses uji digital forensik atau analisis analog oleh Pusat Laboratorium Forensik (Puslabfor).
"Menampilkan fotonya fotokopi dan bukan fotonya ijazah asli, padahal sekian hari ijazah asli ada pada mereka," sebutnya.
Poin paling penting menurut Tifa adalah diksi yang digunakan Bareskrim. Ia menyoroti pemilihan kata identik alih-alih otentik saat menyatakan keabsahan dokumen tersebut.
"Yang paling penting adalah, mengapa Bareskrim menggunakan kata identik dan bukan otentik," tandasnya.
Tifa pun mempertanyakan mengapa konferensi pers tidak disertai bukti yang lebih kuat dan pembuktian ilmiah yang dapat menutup polemik yang sudah lama mencuat.
👇👇
Kalau anda jeli, ada sedikitnya TIGA KUNCI, kenapa saya menduga bahwa Bareskrim dalam Konferensi Pers Kamis 22 Mei 2025 sebetulnya sedang berkelit.
— Dokter Tifa (@DokterTifa) May 26, 2025
Satu
Menampilkan fotonya fotokopi dan bukan fotonya "ijazah asli", padahal sekian hari "ijazah asli" ada pada mereka.
Dua…
Artikel Terkait
Houthi Balas Pengeboman Pesawat Haji, Targetkan Pesawat Sipil Israel
Rismon: Ratusan universitas ditutup karena jual beli ijazah palsu, kenapa harus percaya UGM 100% terkait ijazah Jokowi?
Temuan Mengejutkan! Kasmudjo Sudah Dosen Tetap sejak 1976, tapi Kok Mengaku Asisten Dosen saat Jokowi Kuliah di UGM
Resmi Berlaku, BPKB Elektronik untuk Kendaraan Roda Empat, Mutasi Kendaraan cuma Butuh Sehari!