Rocky Gerung Sebut Jokowi Punya Watak Pembohong, Akan Sulit Yakini Publik soal Ijazah

- Selasa, 27 Mei 2025 | 20:50 WIB
Rocky Gerung Sebut Jokowi Punya Watak Pembohong, Akan Sulit Yakini Publik soal Ijazah


Akademikus Indonesia Rocky Gerung turut menyoroti pernyataan Bareskrim Polri yang menyatakan bahwa ijazah sarjana Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada (UGM) milik mantan Presiden Republik Indonesia Joko Widodo (Jokowi) adalah asli.

Meskipun telah ditanyakan asli dalam uji laboratorium forensik, Rocky Gerung menilai publik akan sulit percaya dengan hasil tersebut karena watak yang dimiliki oleh Jokowi. Rocky Gerung menyebut bahwa Jokowi memiliki watak pembohong.

Hal ini disampaikan oleh Rocky Gerung dalam cuplikan video yang dibagikan ulang oleh akun X @AnKiiim_.


"Yang diingat orang adalah Presiden Jokowi itu pembohong dan itu pun dinobatkan oleh media asing sebagai King of Inconsistency atau Raja Tipu, kira-kira begitu yang diolok-olokkan kepada beliau," ucap Rocky Gerung.

Ia kemudian menyebutkan sejumlah janji manis Jokowi selama kepemimpinannya, salah satunya produksi mobil Esemka.

"Dan itu memang ada faktanya bahwa Pak Jokowi dari awal sudah berbohong soal Esemka, sudah berbohong soal ekonomi akan tumbuh 10 persen, sudah berbohong soal tidak akan ada lagi orang miskin dalam 10 tahun ke depan, sudah berbohong soal IKN, bilang sudah ada investor dan tidak perlu takut, sudah berbohong soal di kantong saya ada 11 ribu triliun begitu kata beliau, sudah berbohong soal jaminan macam-macam," tambahnya.

Dengan rekam jejak seperti itu, Rocky Gerung menilai masyarakat justru cenderung menaruh curiga kepada Jokowi karena kata-katanya yang tidak bisa dipercaya.

"Tetapi fakta-fakta itu akhirnya jadi sesuatu yang menambah kecurigaan publik bahwa jangan-jangan soal ijazah itu juga ada tambahan kebohongan. Lalu tiba-tiba dibawa ke Bareskrim, oke kita percaya bahwa Bareskrim tentu punya sistem tetapi publik tidak bisa diyakinkan oleh sistem itu karena watak presiden, itu dasarnya," sambung Rocky Gerung.

Tak hanya itu, Rocky Gerung juga menyinggung analisis publik yang menilai bahwa sejumlah pejabat di Tanah Air masih memiliki hubungan dengan Jokowi.

"Ada yang menyambungkan, analisisnya bahwa Pak Jokowi masih punya fear of influence, wilayah pengaruh ke kepolisian misalnya. Semua itu juga harus dianggap secara jujur bahwa publik juga mencurigai itu," lanjutnya.

Ia menegaskan bahwa Jokowi bisa saja menghindari kehebohan publik dengan langsung menunjukkan ijazah aslinya sejak dua tahun yang lalu.

"Kenapa? Karena dari awal ada semacam kesimpulan di benak publik bahwa Jokowi adalah mesin pembohong. Dan itu mesti dibuka dulu itu, apa benar Jokowi datang dengan maksud yang baik, kalau maksudnya baik dari awal kenapa nggak dua tahun lalu sehingga tidak ada kehebohan? Orang bertanya terus, kenapa, kenapa? Kenapa akhirnya ijazah itu baru akan dibuka di pengadilan, apa menunggu semacam suasana politik yang menguntungkan dia, apa dengan keputusan Bareskrim maka seluruh isu tentang ijazah itu selesai demi hukum? Ya boleh saja demi hukum, tapi demi moral itu diungkit terus kan?" jelasnya lagi.

"Jadi orang tetap melihat karena Pak Jokowi itu punya watak berbohong, maka orang menganggap bahkan kalau dianggap benar maka mesti dikurangi kebenaran itu atau dibalik kebenaran itu, jadi ini sudah menjadi nasib dari seseorang yang pernah memerintah tapi menyembunyikan jawaban itu yang dituntut dua tahun lalu oleh warga negara," imbuh Rocky Gerung.

Rocky Gerung menilai bahwa permasalahan soal dugaan ijazah palsu ini justru semakin bertambah dengan rendahnya tingkat kepercayaan publik terhadap Jokowi.

"Nah, kalau sekarang kalau kemudian Pak Jokowi menunjukkan 'ini yang punya saya', ya tetapi problemnya kenapa anda bohong selama dua tahun? Kan kalau jujur bilang aja ini punya saya, jadi pembohongan itu yang disoalkan sekarang. Jadi sekali lagi, ini isunya pindah, sebut aja kepastian hukum dari ijazah itu palsu atau tidak, pindah atau bertambah dengan poin bahwa walaupun benar tapi dia pasti berbohong kan karena sudah terbentuk, susahnya kalau psikologi publik sudah terbentuk, yang sering disebut sekali lancung ke ujian, seumur hidup orang tak percaya lagi," pungkasnya.

Sumber: suara
Foto: Pengamat Politik Rocky Gerung/Net

Komentar