Jepang Diramal Tenggelam Akibat Gempa Juli 2025, Jumlah Wisatawan Anjlok Drastis

- Sabtu, 24 Mei 2025 | 17:10 WIB
Jepang Diramal Tenggelam Akibat Gempa Juli 2025, Jumlah Wisatawan Anjlok Drastis


Pemesanan perjalanan wisata ke Jepang dari sejumlah negara utama di Asia mengalami penurunan signifikan menjelang musim panas. 

Penurunan ini dipicu oleh kekhawatiran terhadap ramalan gempa bumi besar yang diprediksi akan terjadi pada Juli 2025, sebagaimana tertuang dalam sebuah manga karya Ryo Tatsuki.

Manga berjudul "The Future I Saw", yang pertama kali diterbitkan pada 1999, memuat serangkaian visi bencana, termasuk gempa bumi besar yang disebut akan menenggelamkan Jepang dan memicu tsunami dahsyat. 

Karya ini kembali diterbitkan pada 2021 dengan tambahan konten, dan belakangan kembali viral di media sosial. Unggahan di Facebook dan video di YouTube yang mengangkat isi manga ini telah menarik jutaan penayangan dan memicu kekhawatiran luas.

Meskipun para ilmuwan menegaskan bahwa waktu pasti terjadinya gempa tidak dapat diprediksi secara ilmiah, ketakutan publik telah berdampak nyata. 

Data dari Bloomberg Intelligence dan ForwardKeys menunjukkan bahwa pemesanan tiket pesawat dari Hongkong ke Jepang turun hingga 50 persen dibandingkan tahun lalu, sementara pada periode akhir Juni hingga awal Juli, penurunan mencapai 83 persen.

Greater Bay Airlines dan Hong Kong Airlines juga telah mengurangi jumlah penerbangan ke Jepang. 

Pemerintah daerah Jepang mulai mengambil langkah menghadapi fenomena ini. Gubernur Prefektur Miyagi, Yoshihiro Murai, menyatakan bahwa rumor tersebut telah berdampak negatif terhadap pariwisata, dan meminta masyarakat untuk tidak mempercayai spekulasi yang tidak didasarkan pada data ilmiah.

Badan Meteorologi Jepang juga telah mengeluarkan pernyataan resmi, menegaskan bahwa hingga saat ini belum ada metode ilmiah yang dapat memprediksi waktu terjadinya gempa bumi dengan akurasi tinggi.

Jepang memang berada di kawasan Cincin Api Pasifik, wilayah dengan aktivitas tektonik yang sangat tinggi. Negara ini pernah mengalami gempa besar pada 2011, yang disusul oleh tsunami dan bencana nuklir di Fukushima.

Trauma kolektif atas peristiwa tersebut turut memperkuat respons masyarakat terhadap isu gempa, meskipun belum ada bukti nyata akan terjadinya bencana serupa dalam waktu dekat.

Meskipun demikian, sektor pariwisata Jepang secara keseluruhan masih menunjukkan daya tarik kuat. Pada April 2025, Jepang mencatat rekor kunjungan wisatawan asing sebanyak 3,9 juta orang, didorong oleh melemahnya nilai tukar Yen dan minat wisatawan terhadap budaya dan alam Jepang.

Namun, analis seperti Eric Zhu dari Bloomberg Intelligence memperingatkan bahwa dampak dari isu ini belum berakhir. 

"Spekulasi gempa bumi jelas berdampak negatif pada pariwisata Jepang, dan akan memperlambat pertumbuhan untuk sementara," kata Zhu.

"Para pelancong mengambil pendekatan yang tidak mau mengambil risiko mengingat banyaknya pilihan penerbangan jarak pendek lainnya di wilayah tersebut," ujarnya.

Zhu menyebut Cathay Pacific, bersama anak usahanya Hong Kong Express, sebagai maskapai yang paling rentan terdampak, mengingat hampir 20 persen kursi penerbangannya dijadwalkan untuk rute ke Jepang hingga musim gugur.

Ramalan Tatsuki dalam karyanya berasal dari mimpi-mimpi yang ia alami, yang menggambarkan bencana besar yang tidak hanya melanda Jepang, tetapi juga memberi dampak ke Hongkong, Taiwan, dan Filipina. Ia mengaku tetap bersiaga, dengan menimbun persediaan dan mempersiapkan rute evakuasi menjelang bulan Juli.

“Saya berniat tetap waspada setiap hari seiring mendekatnya bulan Juli 2025,” ujar Tatsuki. 

Sumber: rmol
Foto: Manga The Future I Saw karya Ryo Tatsuki/Net

Komentar