Pakar telematika, Roy Suryo mengklaim ada dua hal penting yang menurutnya “terbongkar” dari polemik keaslian ijazah Presiden ke-7 RI, Joko Widodo (Jokowi).
Roy memulai dengan membandingkan pengalaman pemeriksaannya, dengan proses klarifikasi yang dijalani oleh Jokowi hari ini di Bareskrim Mabes Polri.
"Alhamdulillah, pada saat pemeriksaan saya sempat memperoleh award sebagai top speed, karena paling cepat. Hari ini saya kalah dengan pak Jokowi, luar biasa. Saya waktu itu masuk jam 10 kemudian selesai jam 2, itu 26 pertanyaan. Ini ada 22 pertanyaan hanya dua jam saja," katanya dalam dialog Rakyat Bersuara di iNews, Selasa (20/5/2025).
Roy Suryo kemudian menyinggung momen reuni Fakultas Kehutanan pada Desember 2017, di mana Jokowi disebut memperkenalkan sosok Kasmojo sebagai dosen pembimbing skripsinya. Dia menyebut peristiwa tersebut difasilitasi oleh Menko PMK Pratikno.
"Sudah lebih dari 8 tahun kita itu melihat pengakuan dari Pak Jokowi, peristiwanya ada di fakultas kehutanan reuni, pada Desember 2017, dia mengundang pak Kasmojo, kemudian difasilitasi disana oleh orang yang namanya Profesor Pratikno, pak Menko, kemudian pak Kasmojo diperkenalkan," ujarnya.
Namun, menurut Roy, pernyataan terbaru dari Kasmojo justru bertolak belakang. "Malam kemarin, pak Jokowi mendatangi pak Kasmojo mungkin dapat hidayah, 'saya bukan dosen pembimbing skripsi pak Jokowi'. Beliau juga mengatakan, 'saya masih Asdos'," bebernya.
Roy menjelaskan, bahwa seorang asisten dosen (Asdos) secara aturan tidak berwenang menjadi pembimbing akademik maupun pembimbing skripsi.
"Saya dulu pernah menjadi Asdos, seorang Asdos itu tidak boleh sendiri mengajar atau menjadi pembimbing akademik, ngajar boleh kalau disek utama berhalangan atau dia diperintah," bebernya.
Lebih lanjut, Roy mengkritisi pernyataan Jokowi soal indeks prestasi (IP) semasa kuliah yang hanya 2,2. "Pembimbing akademik itu bertanggung jawab sejak masuk dan menangani KRS, Kartu Rencana Studi. Kalau mahasiswa, KRS-nya kemarin IP mendapatkan misalnya 2 atau di bawah 2, itu gak boleh ngambil lebih 18 SKS. Kalau dia ngambil 15 per semester, untuk menyelesaikan perkuliahan yang 148 sampai 154 SKS, yang itu tidak mungkin selesai lima tahun," tutur Roy.
"Ada dua yang terbongkar, jadi intinya gini ada dua yang terbongkar. Selesai lima tahun, masuk 1980, keluar 1985. Dibongkar dengan kata-kata sendiri ketika dia mengatakan IPnya 2,2," jelasnya.
"Kedua pak Kasmojo, sekali lagi luar biasa pak Kasmojo. Bahkan bukan dosen pembimbing skripsi dan masih sebagai Asdos. Artinya, pak Kasmojo bukan pembimbing akademik, clear," pungkas Roy.
Sumber: okezone
Foto: Pakar Telematika Roy Suryo di acara Rakyat Bersuara (foto: dok ist)
Artikel Terkait
Pro-Kontra Usulan Parpol Didanai Negara: Solusi atau Jebakan Korupsi Baru?
Polisi Ringkus 6 Pelaku Fantasi Sedarah, Ungkap Fakta Mengerikan!
Jokowi notoire feiten notorius pembohong
Sosok Jusuf Manggabarani: Jenderal Berani Melawan Preman, Tolak Pangkat, dan Selamatkan TVRI