Kebakaran Hutan Dahsyat Israel Ternyata Senjata Makan Tuan

- Senin, 05 Mei 2025 | 16:40 WIB
Kebakaran Hutan Dahsyat Israel Ternyata Senjata Makan Tuan


GELORA.ME - 
Kebakaran hutan dahsyat yang melanda Israel pekan lalu disebut pemerintah Zionis sebagai salah satu yang terbesar sepanjang masa. Ternyata, kebakaran tersebut terkait erat dengan kebijakan Israel mengusir penduduk Palestina menggunakan selubung penghijauan.

Palestine Chronicle melansir, penanaman pohon pinus Eropa dalam skala besar yang dilakukan Israel, yang bukan tanaman asli wilayah tersebut, sebagai bagian dari upaya untuk membentuk kembali lanskap dan menutupi desa-desa Palestina yang tidak berpenghuni, telah meningkatkan kerentanan wilayah tersebut secara signifikan terhadap kebakaran hutan. 

Tidak seperti tanaman asli Mediterania, pinus ini sangat mudah terbakar, dengan kayu resin dan serasah jarum padat yang mudah terbakar dalam kondisi kering dan panas. Ketika perubahan iklim memperburuk gelombang panas dan kekeringan, hutan monokultur ini telah menjadi bahan bakar, memicu kebakaran yang tidak terkendali dan mengancam ekosistem dan masyarakat sekitar.

Israel telah lama menggunakan proyek penghutanan untuk mengusir warga Palestina dari tanah mereka. Hal ini termasuk pengungsian masyarakat Badui yang sedang berlangsung di gurun Naqab akibat proyek penanaman pohon besar-besaran, yang sebagian besar didanai oleh sumbangan amal dari AS.

Hutan Yatir di Israel saat ini adalah hutan yang seluruhnya ditanami di kawasan gurun yang disebut oleh orang Palestina sebagai Naqab dan orang Israel sebagai Negev. Empat juta pohon yang membentuk Yatir ditanam oleh Dana Nasional Yahudi (JNF) mulai tahun 1960-an. Ia bagian dari kampanye jangka panjang yang melakukan penanaman pohon di Israel kepada orang-orang Yahudi di Amerika Serikat dan di tempat lain sebagai tindakan ramah lingkungan dan sarana untuk mengenang orang-orang terkasih.

Kenyataannya, seperti yang dijelaskan 972 Magazine, para pekerja kehutanan JNF didampingi oleh polisi militer Israel, bersenjatakan peluru karet dan gas air mata, ketika mereka mengusir suku Badui, suku penggembala Arab, yang tinggal di tempat pepohonan berdiri saat ini.

Sejak 1948, pemerintah Israel telah menggunakan “penghijauan,” atau penanaman pohon, untuk mencabut komunitas Palestina sepert dii Atir. Mereka secara paksa membatasi pertumbuhan komunitas lain, dan untuk menyembunyikan bukti bahwa komunitas lain sudah dihancurkan. Selama ini, organisasi seperti JNF telah membantu membiayai operasi dan mencuci dana tersebut kepada kontributor yang tidak menaruh curiga.

“Sejak Nakba, penghijauan telah digunakan sebagai alat untuk memfasilitasi penggusuran dan perampasan tanah Palestina,” kata Myssana Morany, pengacara di Adalah Legal Center for Arab Minority Rights di Israel. “Nakba,” atau “bencana” dalam bahasa Arab, adalah istilah yang digunakan warga Palestina untuk menyebut pengungsian mereka oleh pasukan Zionis pada tahun 1948.

Pengungsian warga Palestina melalui penghijauan yang dilakukan Israel mempunyai banyak bentuk, seperti yang dijelaskan Morany. Segera setelah Nakba, Zionis menggunakan pepohonan untuk menyembunyikan reruntuhan komunitas Palestina yang hancur dan mencegah warga mereka yang mengungsi untuk kembali. 

Komunitas-komunitas Palestina yang masih tersisa kadang-kadang dikelilingi oleh “cagar alam,” yang memungkinkan negara untuk menyita tanah pribadi Palestina untuk kepentingan publik sekaligus mencegah pertumbuhan komunitas-komunitas tersebut di masa depan.

Baru-baru ini, Otoritas Pertanahan Israel dan JNF melakukan penanaman secara besar-besaran di Naqab, menggusur komunitas Badui seperti Atir, yang penduduknya telah menjadi “pelanggar” di tempat mereka dulu tinggal atau bekerja, karena tempat tersebut kini dianggap sebagai tanah negara. Secara keseluruhan, JNF membanggakan penanaman 250 juta pohon di Israel dan terus meminta sumbangan untuk menanam lebih banyak pohon di situs webnya.

Meskipun JNF memuji manfaat lingkungan dari proyek penghijauan seperti merevitalisasi tanah, mencegah banjir, dan melawan perubahan iklim melalui penangkapan karbon, hal tersebut tampaknya tidak benar. Kritikus yang dikutip oleh Yale School of the Environment mengatakan Hutan Yatir telah melenyapkan ekosistem yang beragam bagi spesies langka dan mungkin malah mempercepat perubahan iklim dengan menahan lebih banyak panas dibandingkan gurun yang sebelumnya dipantulkan kembali ke luar angkasa.

Menurut Morany, Masyarakat untuk Perlindungan Alam di Israel, organisasi lingkungan nirlaba terbesar di Israel, juga berpendapat bahwa proyek penghijauan di Naqab harus dihentikan, dengan mengatakan bahwa proyek tersebut “merupakan ancaman signifikan terhadap keanekaragaman hayati yang unik” di tanah tersebut.

Penghijauan Israel juga tidak terbatas pada perbatasan Israel yang diakui secara internasional. Morany mengutip makalah kebijakan dari koalisi pemerintahan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu sebelumnya pada tahun 2022 yang secara eksplisit berkomitmen kepada pemerintah untuk melakukan penghijauan di beberapa bagian Tepi Barat, yang secara luas dianggap sebagai wilayah Palestina yang diduduki secara ilegal oleh Israel. 

Menurut Akevot Institute, yang mengacu pada dokumen internal JNF dari tahun 1987, organisasi tersebut juga telah melakukan penanaman di Tepi Barat selama beberapa dekade untuk mencegah warga Palestina menggunakan tanah yang dapat diubah menjadi pemukiman ilegal Israel di masa depan.

Canadians for Justice and Peace in the Middle East melansir, Dana Nasional Yahudi (JNF) adalah sebuah organisasi yang mendukung kolonisasi Israel yang sedang berlangsung di Palestina dan membantu menutupi kejahatan Israel. JNF didirikan pada tahun 1901 untuk memperoleh tanah di Palestina yang hanya boleh digunakan oleh orang Yahudi. Terlepas dari mandatnya yang berbasis ras dan keterlibatannya dalam proyek-proyek kolonial pemukim.

JNF secara menipu menggambarkan dirinya sebagai badan amal lingkungan hidup, yang mendapatkan status amal di banyak negara – termasuk Kanada. Misalnya, JNF menanam pohon di desa-desa Palestina yang hancur untuk menyembunyikan bukti pembersihan etnis yang dilakukan oleh pasukan Israel. Sampai saat ini, 86 desa Palestina yang hancur terkubur di bawah hutan JNF. JNF dengan demikian menggunakan kebijakan lingkungan, seperti penanaman pohon, sebagai alat untuk melakukan greenwash terhadap penghancuran desa-desa Palestina oleh Israel.

Meskipun JNF mengklaim telah mencapai keberhasilan besar dalam hal penghijauan, pemberantasan penggurunan, rehabilitasi hutan, dan pencegahan kebakaran hutan, yang mereka lakukan justru sebaliknya.

JNF seringkali merusak lingkungan asli atas nama pembangunan. Pada 1950-an, misalnya, mereka mengeringkan lahan basah terbesar di Israel untuk mendapatkan lahan pertanian. Akibatnya, beberapa spesies punah.

Walau JNF membanggakan bahwa mereka telah menanam lebih dari 240 juta pohon, sebagian besar pohon yang ditanam JNF adalah pohon nonasli. Diketahui bahwa jarum dari pohon-pohon tersebut membunuh tanaman asli. Pohon-pohon nonasli juga lebih mudah terbakar dibandingkan spesies asli.

Sementara itu, hutan JNF ditemukan “miskin secara ekologis”, karena sangat mengurangi keanekaragaman hayati. Perkebunan JNF juga mempercepat penggurunan. JNF menanam pohon di gurun Negev, yang menyerap air dan panas, menyebabkan panas berlebih dan “efek lokal perubahan iklim”.

Sumber: republika

Komentar