GELORA.ME -Lolos dari sentimen negatif kasus penembakan capres AS Donald Trump, pelaku pasar di Bursa Saham Indonesia masih tertimpa apes. Adalah sentimen dari rilis data perekonomian China yang menjadi dalangnya.
Otoritas statistik China dalam rilis terbarunya melaporkan, pertumbuhan ekonomi negeri pimpinan Xi Jinping itu yang hanya mencapai 4,7 persen di kuartal dua tahun Ini. Capaian tersebut terbilang buruk dibanding ekspektasi pasar yang berada di kisaran 5,1 persen.
Payahnya kinerja ekonomi China juga terlihat dari data penjualan ritel yang disebutkan hanya tumbuh 2 persen dibanding ekspektasi Pasar sebesar 3,3 persen. 'Hiburan' minor hanya datang dari data produksi industri yang tumbuh 5,3 persen dibanding ekspektasi yang sebesar 5 persen. Laporan lebih jauh juga menyebutkan, investasi infrastruktur dan manufaktur yang melambat hingga periode Juni tahun ini.
Keseluruhan data tersebut semakin muram dengan realitas masih tingginya angka pengangguran usia muda di negeri dengan perekonomian terbesar di Asia itu yang dipimpin oleh "big brother" nya presiden Jokowi itu.
Kabar suram dari China tersebut membuat optimisme yang sempat hinggap di sesi perdagangan Asia beralih ragu dan bahkan berbalik pesimis. Pelaku pasar terlihat mencoba memanfaatkan situasi ini untuk melakukan aksi profit taking, terlebih gerak Indeks telah mengalami kenaikan tajam di beberapa hari sesi perdagangan sebelumnya. Namun aksi jual di Bursa Saham Utama Asia terlihat masih belum mencolok. Hal ini ditandai dengan gerak indeks yang masih mampu bertahan hijau.
Hingga sesi perdagangan awal pekan ini, Senin 15 Juli 2024 ditutup, Indeks KOSPI (Korea Selatan) tercatat naik moderat 0,14 persen di 2.860,92, Sedangkan Indeks ASX 200 (Australia) melonjak 0,73 persen di 8.017,6. Situasi berbeda terjadi di bursa Saham Indonesia, di mana gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang tak sempat mencicipi zona hijau di sepanjang sesi perdagangan hari Ini. IHSG terlihat langsung menginjak zona negatif di awal sesi perdagangan dan konsisten menapak pelemahan. Sentimen rilis data muram dari China menjadi sebab utamanya.
IHSG kemudian menutup sesi perdagangan hari ini dengan merosot tajam 0,67 persen di 7.278,86. Pantauan dari jalannya sesi perdagangan menunjukkan, gerak suram IHSG yang tercermin dalam runtuhnya Harga sejumlah Saham unggulan secara signifikan.
Saham unggulan yang masuk dalam jajaran teraktif ditransaksikan terlihat kompak berjatuhan, diantaranya: BBRI turun 1,63 persen di Rp 4.820, BMRI merosot 1,16 persen di Rp 6.350, ASII ambruk 1,54 persen di Rp 4.470, serta BBCA yang melemah 0,24 persen di Rp 10.050, dan TLKM runtuh 1,86 persen di Rp 3.160.
 
                         
                                 
                                             
                                             
                                             
                                                 
                                                 
                                                 
                                                 
                                                 
                                                
Artikel Terkait
Kisah Mencekam Shaugi: Gangguan Gaib di Kontrakan Angker Hingga Pocong di Rumah Sakit
Dampak Pertemuan Trump-Xi di KTT APEC 2025 bagi Indonesia dan Pasar Asia-Pasifik
MNC Insurance Gelar Literasi Asuransi di BINUS, Ini Strategi dan Dampaknya
Balita 3 Tahun Tewas Tenggelam di Parit Kubu Raya: Kronologi Lengkap & Fakta