Sejumlah peserta festival pun terpaksa menutup lapaknya karena adanya protes ini.
Humas DSKS Endro Sudarsono berdalih bahwa festival ini terlalu vulgar karena diadakan di tempat umum.
Ia pun meminta agar mereka menggelar di tempat yang dihadiri orang terbatas.
“Warga masyarakat resah karena ini terlalu vulgar. Walaupun kita cukup menghargai makanan non-muslim. Maka sifatnya himbauan. Mestinya terbatas dan tidak terlalu vulgar,” ungkapnya saat ditemui di Balai Kota Solo.
Pihaknya mempermasalahkan bentuk acara berupa festival yang bisa dihadiri siapa saja.
Ia pun takut umat muslim khilaf dan mencicipi kuliner yang dilarang oleh agama islam ini.
“Iya (harusnya tidak dalam bentuk festival). Tidak di tempat semacam itu di tempat umum. Kita takut teman-teman yang keterbatasan agamanya merasakan enak, minta tambah, repot. Ikut bertanggung jawab,” terangnya.
Salah satu penjaga tenant, Aris mengaku sempat buka sekitar pukul 10.00 WIB.
Festival ini rencananya diadakan mulai hari ini 3-7 Juli 2024.
“Jam 10 nggak lama terus kita suruh tutup. Nggak nyampe jam 12. Baru prepare aja,” jelasnya.
Sejumlah pengunjung sempat membeli beberapa kuliner di festival tersebut.
Artikel Terkait
Timnas Indonesia U-17 Siap Hadapi Piala Dunia 2025: Hasil Uji Coba Jadi Kunci
Menteri Keuangan Purbaya Sidak Pakaian Impor Ilegal di Cikarang, Beri Ultimatum Keras
Projo Bukan Pro Jokowi: Arti, Makna Logo Baru, dan Penjelasan Budi Arie
Proyek Jalan Kawasan Yudikatif IKN Dimulai, Hutama Karya Target Selesai 2027