Dahlan, merupakan warga Gaza, korban penculikan tentara Zionis menunjukkan tanda-tanda tekanan psikologis setelah menghabiskan satu bulan di sel penyiksaan Israel.
Dahlan muncul dalam kondisi psikologis yang sangat buruk. Ia tidak fokus dan ucapannya kerap tidak teratur, seringkali tergagap, yang menunjukkan gangguan psikologis parah akibat penyiksaan Israel. Kata-katanya juga tidak selaras saat dia kesulitan membentuk kalimat yang koheren.
Ia pun menggambarkan pengalamannya dalam tahanan Israel sebagai sebuah 'mimpi buruk'. Di dalam ruang bawah tanah sel Israel, dia menghadapi beragam pelanggaran dan tindakan penyiksaan sebelum akhirnya dibebaskan pada Kamis (20/6/2024).
Badr mengaku diculik sekitar sebulan yang lalu di Khan Younis di Gaza selatan.“Mereka [tentara Israel] memukuli tangan dan kaki saya,” kata Dahlan dikutip dari TRT World melansir laman Anadolu. "Mereka akan memotong kaki saya."
Dia mengatakan dia tidak mengetahui keberadaan keluarganya dan mendengar dari orang lain bahwa Khan Younis dihancurkan dalam invasi Israel.
Setelah dipindahkan ke Rumah Sakit Shuhada al Aqsa di Deir al Balah di Gaza tengah untuk dirawat setelah dibebaskan, Dahlan merasa seperti akan mati.
Operasi kemanusiaan Gaza
Sementara itu, Wakil Juru Bicara Sekjen Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Farhan Haq menyuarakan keprihatinannya atas situasi kemanusiaan di Jalur Gaza. Ia meminta Israel mengizinkan pengiriman bantuan ke wilayah Palestina yang porak-poranda akibat perang sejak 7 Oktober 2023 itu.
“Operasi kemanusiaan di Gaza harus difasilitasi sepenuhnya dan semua hambatan harus dihilangkan,” kata Farhan Haq kepada wartawan, Kamis (20/6).
Haq menekankan bahwa kendala akses terus sangat melemahkan penyaluran bantuan dan layanan kemanusiaan di Gaza.
Artikel Terkait
Chiki Fawzi Bongkar Strategi Israel dan Serukan Dukungan untuk Gaza
MNC Vision Networks dan MNC Peduli Salurkan Bantuan Sembako untuk 35 Lansia Pemulung di Pasar Senen
Onadio Leonardo Dinyatakan Korban Penyalahgunaan Narkoba, Ini Fakta Lengkapnya
Rusia Tegaskan Burevestnik Bukan Uji Coba Nuklir, Ingatkan Trump Soal Perbedaannya