OLEH: MUHAMMAD SUTISNA
PASCAKEPUTUSN Mahkamah Konstitusi yang secara tak langsung memberikan karpet merah kepada Walikota Solo yang juga putera sulung Presiden Joko Widodo, Gibran Rakabuming Raka, langsung mendapatkan respons yang beragam dari masyarakat.
Ada yang mendukung sambil menyebut pencalonan Gibran ini adalah kesempatan emas untuk generasi muda, namun di sisi lain ada yang menolak karena adanya proses yang janggal terkait keputusan MK. Bahkan mayoritas publik juga menilai pencalonan Gibran adalah sebagai upaya terselubung Jokowi untuk memastikan pemerintahan ke depan masih dalam kendalinya.
Publik pun semakin bertanya terkait ketidakkonsistenan Jokowi yang kerap berbicara akan menjaga netralitasnya dalam Pemilu. Namun di sisi lain juga mengatakan bakal cawe-cawe. Sehingga yang terlihat di permukaan adalah cawe-cawe yang dimaksud Jokowi itu semakin terlihat nyatanya. Berbanding terbalik dengan apa yang disampaikan Jokowi ingin menjaga netralitasnya agar pemilu tetap kondusif.
Sikap Jokowi ini mengingatkan kita akan seorang penyair bernama Jonathan Swift yang terkenal dengan karya satire politiknya. Di mana ia pernah berkata bahwa "Tidak ada yang tetap di dunia ini kecuali ketidakkonsistenan.”
Maka tak ayal bila netralitas yang disampaikan Jokowi hanyalah bayangan semu semata. Melihat gerak-gerik Jokowi yang kontradiktif karena semakin terlihat tak netral. Dibuktikan dengan perilaku para anggota kabinetnya yang semakin terang-terangan membantu putera mahkotanya dalam suksesi Pemilihan Presiden nanti.
Artikel Terkait
Anggota DPRD Sinjai Kamrianto Tersangka Pembakaran Mobil Terbukti Positif Narkoba
Kerugian Whoosh Rp 118 Triliun: Prabowo, Purbaya, dan Ujian Penegakan Hukum
Kebakaran Rumah Hakim Khamozaro: DPR Desak Polisi Usut Tuntas, Diduga Terkait Sidang Korupsi Bobby Nasution
KPK Periksa 8 Saksi Kasus SYL, Termasuk Putri dan Pedangdut Nayunda Nabila