Israel Bakal Kesulitan Hadapi Terowongan Labirin Gaza, Mirip Perang Vietnam

- Senin, 16 Oktober 2023 | 23:31 WIB
Israel Bakal Kesulitan Hadapi Terowongan Labirin Gaza, Mirip Perang Vietnam

GELORA.ME - Setelah menghancurkan sebagian besar Jalur Gaza melalui serangan udara, Israel bersiap melakukan serangan darat ke daerah kantong Palestina itu. Namun tantangan berat mengadang salah satunya adalah terowongan di bawah Gaza mirip yang ada saat perang Vietnam.


Militer Israel mengetahui ada dua jalur Gaza – satu di atas tanah dan satu lagi di bawahnya. Jalur bawah tanah Gaza tidak dapat diakses oleh bom, drone, dan satelit Israel. Terowongan labirin ini melintasi wilayah yang terkepung, yang berpenduduk padat dengan 5.500 jiwa per meter persegi, dapat menimbulkan kerugian besar bagi pasukan Israel.


Kekhawatiran muncul apakah Gaza akan terbukti menjadi Vietnam bagi Israel? Mengutip EurAsian Times, para agen Hamas tampaknya sudah memikirkan strategi matang seperti yang dilakukan pasukan Gerilya Komunis yang dikenal sebagai Viet Cong. Selama Perang Vietnam, para pejuang gerilya ini menggali terowongan sepanjang puluhan ribu mil untuk melawan pasukan Amerika dan Vietnam Selatan yang memiliki persediaan lebih banyak.


Jaringan terowongan luas itu membentang di bawah distrik Cu Chi di barat laut Saigon. Terowongan ini digunakan untuk menampung pasukan, mengangkut komunikasi dan perbekalan, memasang jebakan, dan melakukan serangan mendadak, sekaligus mereka dapat menghilang ke bawah tanah demi keselamatan.


Terowongan di Gaza dimulai karena alasan ekonomi untuk menyelundupkan barang-barang konsumsi dari Mesir setelah blokade Israel. Blokade tersebut diterapkan menyusul kemenangan Hamas pada pemilu 2007. Kini, terowongan tersebut digunakan untuk keperluan pertahanan dan perang gerilya dengan Israel.


“Tidak ada yang tahu apa yang ada di bawah tanah,” CNBC mengutip Harel Chorev, sejarawan Palestina di Pusat Studi Timur Tengah dan Afrika Universitas Tel Aviv. Jaringan terowongan ini memiliki kedalaman 30-40 meter, sehingga memungkinkan anggota Hamas untuk bergerak bebas bahkan cukup aman ketika bahan peledak menghantam tanah. Jaringan ini sering disebut sebagai 'Metro Gaza'.


'Operasi Pedang Besi', sebagaimana Israel menyebutnya, dengan melakukan serangan darat di Gaza bisa memakan biaya yang sangat besar. Gaza penuh sesak dengan jalan-jalan sempit. Pasukan darat Israel akan dipaksa untuk terlibat dalam pertempuran satu lawan satu, sehingga berisiko menimbulkan korban jiwa bagi warga sipil Palestina dan tentara Israel.


Pada hari Kamis, tentara Israel telah membombardir Gaza dengan sekitar 6.000 bom yang mengandung 4.000 ton bahan peledak, menurut pernyataan militer. Jumlah korban tewas di wilayah kantong tersebut, yang merupakan rumah bagi lebih dari 2 juta warga Palestina, meningkat menjadi 1.417 orang, kata Kementerian Kesehatan Gaza pada hari Kamis, dan 6.268 orang terluka.


Juru bicara internasional Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Richard Hecht Hecht mengungkapkan pada hari Rabu (11/10/2023) bahwa peralatan militer dan kolom kendaraan lapis baja telah dipindahkan ke garis depan baru, di mana Israel sedang membangun infrastruktur untuk operasi di masa depan. Sekitar 360.000 tentara cadangan telah dimobilisasi – mobilisasi wajib yang paling ekstensif sejak Perang Yom Kippur tahun 1973.


Kemarahan Israel


Menyusul serangan mendadak oleh roket Hamas yang diikuti oleh masuknya pejuang dengan menggunakan paralayang, pemerintah Israel membalas dengan segera memutus pasokan air dan listrik ke Gaza sebagai bagian dari pengepungan totalnya di wilayah yang dikuasai Hamas.


Selanjutnya, “Israel akan melancarkan operasi gabungan (udara/laut/darat/luar angkasa) terbesar dalam sejarah,” prediksi John Spencer, pakar di Modern War Institute di akademi militer AS West Point, di X, sebelumnya Twitter. Spencer, yang kemudian berbicara tentang hasil operasinya, berkata, “Ini akan terlihat seperti neraka di bumi.”

Halaman:

Komentar