Oleh: Tony Rosyid*
SUATU malam, di rumah seorang pengusaha di Jakarta Barat, kami terlibat dalam sebuah obrolan. Santai tapi berbobot.
Hadir di situ orang-orang penting. Ada anggota DPR, kepala daerah, pengusaha, bahkan sejumlah jenderal. Jumlahnya kurang dari 10 orang
Obrolan menyesuaikan isu yang sedang hangat. Mulai isu Golkar yang sedang dalam proses dikudeta ketua umumnya, demo buruh tanggal 10 Agustus nanti, hingga Pilpres 2024.
Semua terlibat dalam debat, kecuali para jenderal. Mereka diam, hanya sebagai pendengar setia. Konsisten menjaga etika profesi: tidak terlibat dalam politik praktis. Tak ada satu kata pun yang mereka keluarkan. Sesekali mereka senyum, mungkin sekadar untuk menghargai semangat para politisi yang sedang beradu data dan argumentasi.
Yang hadir di rumah saudagar kaya itu adalah orang-orang dari lintas partai. Ada yang berasal dari partai pengusung Anies Baswedan. Ada dari partai pengusung Ganjar. Ada juga dari partai yang mengusung Prabowo. Cukup lengkap.
Demi alasan disiplin, mereka yang ikut dalam obrolan malam itu menunjukkan loyalitasnya. Keukeuh mendukung keputusan partainya. Rasa optimisme masing-masing terlihat kalau capres yang diusung partai mereka akan menang. Masing-masing bicara dengan data survei, argumentasi, dan analisisnya. Diskusi malam yang menarik dan makin lama makin seru.
Artikel Terkait
Kasus Misteri Kematian Terapis RTA di Pejaten: Pencabutan Laporan & 22 Saksi Diperiksa
Layanan Perjalanan Bisnis 24/7 AladinTravel: Solusi Efisiensi Perjalanan Dinas Perusahaan
Trump Tegaskan Alasan AS Lakukan Uji Coba Senjata Nuklir, Ini Kata-Katanya
Banjir Bandang Jati Padang 1.5 Meter: Kronologi & Dampak Jebolnya Tanggul Baswedan