Rocky Gerung Bongkar Fakta Mengejutkan: Gibran Ternyata Tak Berambisi Jadi Wakil Presiden, Tapi...

- Kamis, 10 Juli 2025 | 15:20 WIB
Rocky Gerung Bongkar Fakta Mengejutkan: Gibran Ternyata Tak Berambisi Jadi Wakil Presiden, Tapi...




GELORA.ME - Pernyataan mengejutkan datang dari pengamat politik kondang, Rocky Gerung, mengenai ambisi politik Wakil Presiden terpilih, Gibran Rakabuming Raka.


Dalam sebuah podcast Panji Pragiwaksono di YouTube, Rocky Gerung mengungkap sebuah fakta menarik: Gibran secara pribadi pernah mengaku kepadanya bahwa ia sejatinya tidak memiliki minat untuk terjun ke dunia politik dan lebih memilih fokus pada jalur bisnis.


Pengungkapan ini memicu perdebatan sengit di kalangan publik, terutama mengingat perjalanan politik Gibran yang terbilang cepat, dari seorang pengusaha muda menjadi Wali Kota Solo, hingga kini menduduki kursi Wakil Presiden mendampingi Prabowo Subianto.


Pernyataan Rocky Gerung ini seolah membuka tabir di balik layar panggung politik Indonesia yang seringkali penuh misteri.


Gibran Pernah Mengaku Tidak Berminat Politik


Dalam sesi wawancara yang intens di podcast Panji Pragiwaksono, Rocky Gerung secara blak-blakan menceritakan momen di mana Gibran menyampaikan aspirasinya.


"Gibran pernah mengaku kepada saya bahwa ia tidak berminat menjadi politisi dan ingin fokus berbisnis," ujar Rocky Gerung dikutip pada Kamis (10/7/2025).


Pernyataan ini tentu saja kontras dengan realitas politik yang terjadi. 


Gibran, yang kini merupakan Wakil Presiden terpilih, telah menunjukkan kiprah politik yang signifikan dan terkesan mengikuti jejak sang ayah, Presiden Joko Widodo.


Namun, menurut Rocky Gerung, ada dorongan eksternal yang kuat di balik keputusan Gibran untuk terjun ke gelanggang politik.


Eksploitasi Anak Demi Ambisi Politik?


Rocky Gerung bahkan menyoroti peran Presiden Joko Widodo dalam perjalanan politik Gibran. 


Ia berpandangan bahwa Jokowi seolah "mengeksploitasi anaknya untuk kepentingan politik."


Pandangan ini dilontarkan Rocky Gerung seolah mengindikasikan adanya dugaan pelanggaran terhadap Undang-Undang Perlindungan Anak, meskipun konteksnya dalam lingkup politik.


Pernyataan ini tentu saja memicu pertanyaan besar mengenai sejauh mana seorang anak dapat menjadi instrumen politik orang tua, terlepas dari keinginan pribadinya.


Lebih lanjut, Rocky Gerung juga mengamati bahwa pergerakan politik Gibran terlihat mandiri, bahkan terkadang di luar keinginan Prabowo Subianto sebagai pasangan politiknya.


"Gibran dianggap berjalan sendiri di luar keinginan Prabowo, contohnya bagi-bagi bantuan dengan label Istana Wakil Presiden dan bagi-bagi skincare," kata Rocky Gerung, memberikan contoh konkret dari observasinya.


Hal ini semakin memperkuat narasi bahwa Gibran mungkin memiliki agenda atau dorongan yang berbeda dari pasangan politiknya, atau setidaknya, ada dinamika yang menarik dalam hubungan politik mereka.


Tantangan dan Potensi Impeachment


Isu lain yang dibahas Rocky Gerung terkait Gibran adalah potensi risiko politik yang dihadapinya, termasuk kemungkinan impeachment.


Mengacu pada prinsip "noblesse oblige" yang berarti semakin mulia posisi, semakin tinggi tanggung jawab, Rocky Gerung menekankan pentingnya kejujuran Gibran terkait masa lalunya, termasuk dugaan kebohongan terkait akun "Fufu Fafa."


Rocky Gerung menjelaskan bahwa proses impeachment wakil presiden bisa terjadi, bahkan disebutnya lebih mungkin daripada presiden.


Proses ini, menurutnya, dapat dimulai dari tekanan publik, seperti demonstrasi atau petisi, yang kemudian akan diproses di DPR, atau bahkan langsung inisiatif dari DPR sendiri.


Dalam politik, legitimasi atau dukungan rakyat dianggap lebih penting daripada sekadar legalitas dalam proses di DPR.


Dilema Peran Wakil Presiden


Secara umum, Rocky Gerung juga mengulas peran Wakil Presiden yang seringkali tidak signifikan jika tidak mendapatkan penugasan khusus dari presiden.


Namun, kasus Gibran menjadi pengecualian karena "keinginan Jokowi agar anaknya menjadi presiden" itulah yang membuat peran Gibran menjadi sangat signifikan dalam konstelasi politik saat ini.


Hal ini menggarisbawahi bahwa posisi Wakil Presiden bisa menjadi sangat strategis tergantung pada dinamika kekuasaan dan ambisi di baliknya.


Pengungkapan Rocky Gerung ini tentu saja memberikan perspektif baru tentang sosok Gibran Rakabuming Raka. 


Apakah Gibran benar-benar tidak berambisi secara personal di dunia politik, ataukah ada narasi lain yang ingin dibangun?


Publik kini menantikan kelanjutan dari dinamika politik ini, terutama setelah Gibran resmi menjabat sebagai Wakil Presiden.


Sumber: Suara

Komentar