GELORA.ME - Kader muda Nahdlatul Ulama (NU), Roy Murtadho, mengungkit kembali pernyataan lama Ketua PBNU, Ulil Abshar Abdalla, yang sempat mengkritisi ketergantungan negara pada kekayaan alam.
Unggahan itu menjadi sorotan di tengah kontroversi PBNU yang kini terlibat dalam pengelolaan tambang.
Di X, Roy dengan akun @MurtadhoRoy membagikan tangkapan layar pernyataan Ulil Abshar Abdalla tertanggal 18 Juli 2018.
"Jarang ada negeri yang maju karena kekayaan tambang alam. Negeri-negeri yang maju biasanya maju karena tambang yang lain. Yaitu kreativitas manusia," ucap Gus Ulil waktu itu.
Menanggapi pernyataan Alma tersebut, Roy memberikan komentar pedas. Sebab, Gus Ulil terkesan pasang badan soal tambang akhir-akhir ini.
βUlil Abshar sebelum PBNU mengelola tambang dan jadi tameng pengusaha tambang," sentil Roy (15/6/2025).
π Video di Akhir Artikel
Sebelumnya, dialog antara aktivis lingkungan Iqbal Damanik dan Ketua PBNU Ulil Abshar Abdalla dalam sebuah program televisi kembali memantik perhatian publik, terutama soal keberlanjutan lingkungan di wilayah tambang.
Iqbal Damanik secara lugas meminta bukti nyata bahwa ada konsesi tambang di Indonesia yang berhasil memulihkan kembali ekosistem seperti sedia kala.
"Tunjukkan satu saja wilayah pertambangan di Indonesia ini yang mampu mengembalikan ke ekosistem awalnya," tantang Iqbal dikutip dari akun TikTok @rosi_kompastv, Minggu (15/6/2025).
Menanggapi hal tersebut, Gus Ulil memberikan perspektif berbeda.
Ia mempertanyakan urgensi mengembalikan kondisi ekologis ke titik awal, dan memberikan ilustrasi berdasarkan pengalaman pribadi di kampung halamannya.
"Bukan begitu, ini saya ambil analogi lain. Saya waktu kecil di kampung saya, saya menikmati ekosistem yang baik. Pohon banyak, sawah banyak. Sekarang karena pertambahan penduduk, ekosistem itu hilang. Anak saya tidak lagi bisa menikmati itu," jelasnya.
Ketika Iqbal menggarisbawahi dampak yang ditimbulkan oleh aktivitas tambang dengan alat berat, Gus Ulil mengkritik pendekatan yang menuntut kesempurnaan dalam konservasi.
Ia menyebut pandangan semacam itu sebagai bentuk "wahabisme lingkungan."
"Wahabisme itu artinya begini, orang wahabi itu begitu kepinginnya menjaga kemurnian teks, sehingga teks tidak boleh disentuh sama sekali. Harus puritan," Gus Ulil menuturkan.
"Nah, saya mengatakan, teman-teman lingkungan ini terlalu ekstrem, seperti menolak sama sekali mining, karena industri ekstraksi selalu pada dirinya dangerous dan itu berbahaya," tambahnya.
Gus Ulil bilang, dalam memanfaatkan sumber daya alam, penting untuk melakukan penilaian terhadap manfaat (maslahat) dan kerusakan (mafsadat) yang mungkin ditimbulkan.
βIni anugerah Allah. Pohon anugerah. Tambang anugerah. Mari kita lihat kalkulasi maslahat mafsadatnya,β imbuhnya.
Sementara itu, Iqbal tetap mempertahankan posisinya bahwa ketergantungan terhadap industri ekstraktif seperti tambang sudah melewati batas daya dukung lingkungan.
Ia menyerukan agar pemerintah segera melakukan transisi.
ππ
Ulil Abshar sebelum PBNU mengelola tambang & jadi tameng pengusaha tambang. pic.twitter.com/MotXHrGnNg
β Roy Murtadho (@MurtadhoRoy) June 14, 2025
Sedih saya sbg warga NU dgn pola pikir Ulil spt ini. Diminta tunjukkan satu sj konsesi yg berhasil mereboisasi dan mereklamasi? Si ulil jawabnya ngacok gak karuan. Tunjukkan jg ulil mana daerah yg disana ada tambang Nikel dan rakyat setempat kaya raya? Ada apa dengan engkau ulil? pic.twitter.com/XcPcvB0N4O
β Umar Hasibuan Al Chelsea (@UmarHasibuan__) June 15, 2025
Sumber: Fajar
Artikel Terkait
4 Pulau Sengketa Aceh dan Sumut Kembali Disorot, Pakar Hukum Dukung Evaluasi Ulang
Keputusan Mendagri Soal Empat Pulau Aceh Jahat dan Harus Dicabut
Gibran Datang ke Rumahnya, Rocky Gerung: Saya Kasih Kopi, Oke You Bicara Anak Muda!
Bukan Lewat Jalur Hukum, Mahfud MD Bongkar Cara Cepat Pemakzulan Gibran!