Akhirnya Gerindra Berhasil Geser Elektabilitas PDIP di Posisi Pertama, Ini Sebabnya

- Kamis, 09 November 2023 | 11:01 WIB
Akhirnya Gerindra Berhasil Geser Elektabilitas PDIP di Posisi Pertama, Ini Sebabnya



GELORA.ME  - Partai Gerindra ungguli PDIP dengan elektabilitas 16,7 persen, terpaut tipis dari PDIP dengan elektabilitas 16,3 persen. Hal itu berdasarkan hasil survei Indonesia Elections and Strategic (IndEX) yang dirilis Rabu (8/11/2023). 


 Gerindra berhasil mengungguli PDIP berkat coattail effect (kecenderungan seorang pemimpin partai politik populer untuk menarik suara kandidat lain) Prabowo Subianto sebagai bakal calon presiden (bacapres). 


“Gerindra menikmati coattail effect dari pencapresan Prabowo, hingga akhirnya berhasil menyalip PDIP dan berada pada posisi unggul,” kata Direktur Eksekutif indEX Research Vivin Sri Wahyuni dalam keterangan tertulis di Jakarta, Rabu (9/11/2023). 


 Korelasi antara pencapresan dengan dukungan terhadap partai pengusung memperlihatkan bekerjanya coattail effect.  


Seiring dengan merosotnya kekuatan PDIP dan Ganjar Pranowo yang diusung sebagai bacapres, terjadi pergeseran arah dukungan Presiden Joko Widodo (Jokowi) terhadap para bacapres. Jokowi tampak membagi dukungan, sebelumnya condong kepada Ganjar, kemudian beralih meng-endorse Prabowo.  


Hasilnya elektabilitas Prabowo bergerak naik, diikuti pula dengan kenaikan elektabilitas Gerindra sebagai pengusung utamanya. Menurut Vivin, rivalitas antara PDIP dan Gerindra menarik untuk dicermati terutama jelang tahun politik 2024.


 "Meskipun Prabowo dan Gerindra menjadi lawan politik Jokowi dan PDIP pada dua pemilu, tetapi keduanya pernah memiliki sejarah persekutuan yang erat dan kini sama-sama memerintah," ujarnya. 


PDIP yang berpengalaman sebagai oposisi selama dua periode pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono pernah sama-sama mengajukan pasangan capres-cawapres pada Pemilu 2009, Megawati yang berpasangan dengan Prabowo mengalami kekalahan dalam Pilpres tersebut. 


Jalinan koalisi PDIP dan Gerindra pula yang menghadirkan Jokowi di pentas politik nasional, ketika mantan wali kota Solo itu diboyong untuk maju dalam Pilkada DKI Jakarta pada 2012 silam. 


 Namun seiring gesekan yang muncul, kedua kekuatan politik itu kemudian mengambil jalan berseberangan. Setelah pertarungan pada Pemilu 2014 dan 2019, Prabowo kemudian memutuskan bergabung dalam pemerintahan Jokowi periode kedua.  Gerindra pun berbalik posisi, dari oposisi terhadap pemerintah kini menjadi barisan pendukung kuat pemerintahan. 


Kuatnya dukungan terhadap Prabowo menaikkan suara dan perolehan kursi Gerindra di Senayan, menggeser Golkar yang biasanya menjadi runner-up. "Kini dengan terus menguatnya Prabowo, Gerindra mengintip peluang naik ke peringkat pertama mengalahkan PDIP,” ujar Vivin. 

Halaman:

Komentar